Thursday 8 June 2023

Kamis Menulis: Tips Atasi Stress Anak pada Masa Ujian

 

Masa-masa ujian bisa membuat stress pada anak. Orangtua bisa ikut-ikutan stress. Antisipasi bersama anak jauh-jauh hari.  (Foto: Pixabay)

Teaser: Ujian sering dijadikan biang kerok stress, baik pada anak maupun orangtua. Ini beberapa tips untuk meminimalisir stress ujian.

Tips Atasi Stress Anak pada Masa Ujian

Oleh Erry Yulia Siahaan

Buat segelintir orang, masa-masa ujian adalah soal biasa. Mereka terbiasa mengulang materi belajar setiap kali pulang sekolah atau kuliah. Membuat resume, mencoba memahami ulang, membuat catatan kecil, dan sebagainya.

Sehingga ketika masa-masa ujian datang, mereka terkesan biasa-biasa saja. Santai. Tinggal mengulang.

Tidak demikian halnya dengan kebanyakan orang. Termasuk anak-anak, yang belum memiliki ritme pas dalam belajar. Dalam artian, masih dalam proses pembiasaan.

Masa-masa ujian merupakan masa-masa belajar ekstra. Kerap bisa muncul stres dan depresi. Juga, pesimistis.

Tekanan semasa ujian yang dihadapi oleh anak-anak, bukan saja menjadi masalah bagi anak-anak itu sendiri, melainkan juga orangtua.

Berbagai gejala ikutan bisa muncul akibat tekanan pada masa-masa ujian. Seperti kecemasan, khawatir yang berlebihan, gelisah tidur, mudah tersinggung, tegang, pusing, sakit perut, tidak nafsu makan, kurang percaya diri, dan sebagainya.

Sebagai orangtua, mungkin ada yang bisa ikut-ikutan stres melihat kondisi begitu. Lantas, bagaimana menyikapinya?

Berikut ini beberapa tips berdasarkan pengalaman dan pemahaman penulis.

Sebagai persiapan, jika melihat anak-anak kurang bisa mengikuti pelajaran di sekolah dan kurang mampu mengerjakan tugas-tugas di rumah, orangtua bisa memberikan bimbingan khusus kepada anak. Jika sibuk, orangtua bisa mencarikan tutor atau teman belajar untuk membantu anak-anak.

Orangtua perlu mendorong anak-anak, bukan pada saat akan ujian saja, tetapi jauh-jauh hari, pada hari-hari masa akademiknya. Dengan begitu, motivasi dan rasa percaya diri bertumbuh dalam diri anak. Ini merupakan proses, bukan hal instan, sehingga tidak bisa direalisasikan secara dadakan.

Kebiasaan belajar yang terjadwal, dengan mengulang materi pembelajaran setiap hari meskipun tidak ada ujian, akan membuat masa-masa ujian menjadi lebih ringan. Anak tidak perlu menjadi stres. Selain itu, pada saat ujian, anak tidak perlu belajar sampai larut malam. Anak justru harus cukup tidur menjelang ujian.

Sangat perlu menyediakan tempat yang nyaman bagi anak untuk belajar. Orangtua bisa bertanya kepada anak, hal-hal yang sekiranya bisa dilakukan untuk membantu anak belajar. Misalnya, membantu anak cara membuat ringkasan agar materi belajar mudah diingat. Juga, menyediakan waktu untuk sesi berlatih soal, tanya jawab.

Orangtua perlu memberikan kata-kata yang dapat mendorong antusiasme anak dalam belajar. Orangtua bisa mengingatkan anak-anak mengenai apa yang dicita-citakannya, bagaimana dara mereka menggapainya, dan seterusnya.

Orangtua harus memperhatikan kebiasaan makan anak, sejak jauh-jauh hari. Ini perlu dilakukan secara rutin. Tujuannya, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, sebagai bekal untuk kinerja otaknya dan staminanya. Terlebih pada saat anak menghadapi ujian.

Juga, untuk mampu membaca situasi jika anak tiba-tiba menunjukkan gejala tidak biasa, misalnya tiba-tiba kurang atau tidak nafsu makan. Ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka mungkin sedang kurang sehat, atau (apalagi bila kejadiannya menjelang ujian) sedang stres karena tekanan menghadapi ujian.

Sebaiknya orangtua menghindari memberikan makanan yang terlalu banyak mengandung minyak, terutama ketika sarapan. Sebaliknya, orangtua bisa memilih makanan yang banyak vitamin, mineral, serat, dan protein, dengan tetap menjaga keseimbangannya.

Selain menghindari asupan banyak lemak (misalnya lewat gorengan), orangtua juga perlu menghindari pemberian banyak gula, kafein, atau bahan-bahan lain yang kurang baik bagi anak. Misalnya, minuman berenergi, bersoda, manisan, keripik, dan semacamnya, sebab bahan-bahan itu bisa membuat anak menjadi hiperaktif, sensitif, dan moody.

Orangtua mesti memastikan anak-anak mempunyai waktu tidur yang cukup. Ini berarti, orangtua mengawasi jam tidur anak dan mengatur jadwal anak sedemikian rupa. Istirahat yang cukup akan membuat anak-anak bisa lebih fokus pada saat belajar di sekolah. Menurut para ahli, setidaknya seorang anak membutuhkan 8-10 jam tidur setiap malam.

Orangtua harus bisa memprioritaskan kepentingan anak di atas kepentingan lain, termasuk urusan rumah. Penulis ingat pesan orangtua kepada penulis bahwa lebih baik anak terurus dan rumah berantakan daripada rumah rapi dan bersih tetapi anak tidak terurus.

Pesan ini juga diingatkan untuk disampaikan kepada para pengasuh anak manakala penulis pergi bekerja. Itu gambaran ekstrem mengenai pentingnya mendahulukan kepentingan anak ketimbang urusan lain.

Dikaitkan dengan masa-masa ujian anak, orangtua harus bisa luwes dalam membagi waktu dan tenaga antara membantu dan mengurus anak dengan mengerjakan tugas-tugas lain.

Orangtua perlu mengingatkan anak-anak soal tekanan yang bisa muncul karena ujian. Orangtua meyakinkan anak-anak bahwa hal itu wajar. Namun, jangan sampai tekanan itu menguasai diri sehingga membuat gugup dan membuyarkan kemampuan menjawab soal.

Orangtua membantu anak untuk rajin berolahraga. Makanan dengan nutrisi baik dan seimbang akan maksimal manfaatnya oleh rutinitas berolahraga..

Olahraga bisa membantu melancarkan peredaran darah dan meluweskan pergerakan. Ini untuk membantu kinerja otak pada gilirannya.

Pada masa-masa ujian, sebaiknya orangtua menjaga mood anak. Orangtua bersikap lebih lentur untuk membuat anak tidak bertambah tertekan. Orangtua bisa memberikan lebih banyak dukungan alih-alih kritikan kepada anak.

Orangtua mengingatkan anak, yang terpenting adalah usaha. Jadi, kalaupun kurang berhasil ujiannya, tidak perlu disesali. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Ingatkan, masih banyak kesempatan di depan. Sekali lagi yang terpenting adalah berusaha maksimal.

Selesai ujian, orangtua menanyakan bagaimana pengalaman anak saat ujian. Namun, orangtua harus pandai-pandai membaca situasi agar anak tidak tertekan.

Orangtua bisa menanyakan soal-soal apa saja yang menurut anak-anak sulit dijawab. Bantu anak-anak untuk mencatat pertanyaan itu, kemudian pada kesempatan berikutnya bisa dicari tahu bersama-sama jawabannya.

Orangtua harus bisa menjaga fokus anak pada ujian. Jadi, jika masa ujian belum selesai, jangan terlalu berlarut-larut membahas soal-soal sulit itu. Cukup mencatat.

Sebelum masuk ke persiapan untuk ujian berikutnya, orangtua dan anak bisa bersama-sama menghabiskan waktu sejenak untuk bersantai. Bisa sambil memakan snack (yang enak dan sehat), bisa sambil menonton tayangan pendek, mendengarkan lagu, bermain musik, dan sebagainya.

Pada saat ujian sudah selesai, orangtua dan anak bisa menghabiskan waktu bersama dengan pergi ke mal atau menghabiskan waktu secara relaks, misalnya makan bersama atau mengisi akhir pekan dengan berolahraga bersama. Banyak cara untuk ini.

Kalau perlu, orangtua menyediakan hadiah untuk anak sehabis ujian, meskipun hasilnya belum diketahui. Justru, dengan begitu, anak akan melihat, bahwa orangtua menginginkan mereka melalui prosesnya dengan benar, itu yang utama. ***


Catatan:
Tulisan ini untuk memenuhi tantangan Kamis Menulis - kegiatan rutin Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal) setiap Kamis - yang pekan ini bertema "Ujian".

2 comments:

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...