Sunday 4 June 2023

"Parenting" yang Baik, Seperti Apa?

 

Kasih orangtua terhadap anak tidak terukur. Idealnya kasih itu terukir di sepanjang jalan ke depan, meninggalkan jejak yang diestafetkan antargenerasi. (Foto: Pixabay)

"Parenting" yang Baik, Seperti Apa?

Oleh Erry Yulia Siahaan

Pengantar:

Tulisan ini menggunakan istilah parenting yang dituliskan dalam huruf miring, selayaknya istilah asing diperlakukan dalam narasi berbahasa Indonesia. Bahwa ia sudah sering digunakan, kenyataannya (sejauh yang penulis tahu) ia belum ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Mungkinkah belum resmi diterima sebagai kata serapan ke dalam bahasa kita? Sampai penulis menemukan bukti bahwa istilah itu sudah resmi menjadi kosa-kata bahasa Indonesia, istilah itu akan penulis usahakan tertulis dalam huruf miring (atau terapit tanda kutip untuk judul). Mohon dimaklumi.

Parenting kini sudah menjadi istilah yang membumi dalam literasi. Juga dalam kehidupan sehari-hari. Banyak rumus atau tips dibagikan. Entah melalui tulisan, entah melalui bincang-bincang.

Seakan-akan tidak ada habisnya ide untuk membahas topik parenting. Selagi relasi orangtua dan anak masih terjadi, nampaknya parenting tetap menjadi hal penting.

Judul "Parenting yang Baik, Seperti Apa" menginspirasi penulis. Tidak mudah mengemasnya karena begitu luas cakupan yang bisa dibahas. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini penulis meminjam jurus dari Healthy Place sekadar sebagai rujukan. 

Sebelum masuk ke daging tulisan, perkenankan penulis mengawali topik ini dengan melihat sekilas hakekat kata parenting.

Kata nomina "parenting" berasal dari kata "parent" yang berarti orangtua. Menurut kaidah bahasa Inggris, akhiran "ing" pada kata "parenting" menunjukkan "kegiatan sedang melakukan aktivitas selaku orangtua". Namun parenting juga merupakan ilmu tentang mengasuh, membimbing, dan mendidik anak dengan cara yang baik dan benar.

Kata parenting belum terlacak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Yang ada adalah kata "parental" - kata adjektiva - yang berarti "tentang sistem kekerabatan dalam keluarga" atau "yang bersifat atau berhubungan dengan orang tua (ayah-ibu) sebagai pusat kekuasaan".

Menurut Kamus Etimologi Online, "parenting" berarti pengawasan oleh orangtua terhadap anak-anak mereka (1959).

Sebelum parenting muncul, ada istilah "parentcraft" (1930). Istilah ini berarti "perilaku orangtua, hubungan orangtua yang ditunjukkan dalam pengakuan dan perawatan anak-anak" (akhir abad 15), yang berasal dari bahasa Prancis Kuno "parentage" -- dari kata "parent". Arti "keturunan atau turunan dari orang tua, garis keturunan" adalah dari tahun 1560-an, yang juga digunakan sebagai bahasa figuratif pada 1580an.

Grafik dari Google menunjukkan, tren penggunaan istilah ini meningkat khususnya sejak 1960an. Sampai sekarang, tren itu bertahan di puncak. Sementara istilah "parentage" justru berkurang penggunaannya.

Lantas, apa itu "parenting yang baik"? Sah-sah saja bahwa setiap orang memiliki konsep atau pemikiran sendiri untuk menjawab ini. Sebab, ruang dan waktu menjadi faktor penting untuk merumuskannya. Ruang dan waktu itu merupakan properti setiap orang dan setiap orang itu unik. Konteksnya meluas ketika ruang dan waktu itu melebur dalam karakter tiap individu yang sudah unik tadi.

Orang dulu mungkin bilang, untuk mengasuh anak tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Orang zaman sekarang bersiteguh mengatakan, mengasuh dan mendidik anak harus dengan banyak membaca dan mengikuti zaman.

Itu sebabnya, tidak mudah merumuskan "parenting yang baik", apalagi ketika kita ingin mengkajinya lintas zaman. Rumus orang dulu belum tentu salah. Terbukti, ada sejumlah orang-orang besar bangsa kita yang telah lahir menjadi bapak-bapak sejarah. Meskipun, dulu kondisinya realtif amat sulit.

Kembali ke istilah "parenting yang baik", berdasarkan hakekat kata pembentuknya, secara gamblang penulis mengartikannya sebagai "pola asuh yang berkualitas baik". 

Kualitas baik ini membawa "parenting yang baik" kepada konsep yang luas makna. Tidak hanya terkait satu bidang kehidupan, misalnya segi keuangan atau kecukupan materi, melainkan juga bidang lain termasuk psikologi, sosial, rasa aman, dan sebagainya.

Situs Healthy Place menyebutkan, "parenting yang baik" adalah akumulasi dari tindakan dan interaksi yang dilakukan oleh orangtua dengan anak-anak mereka, yang didorong dan didasarkan pada tujuan akhir yang baik.

"Parenting yang baik" bertujuan untuk mengembangkan sifat-sifat karakter yang baik dalam diri anak-anak. Contohnya, kemandirian, inisiatif, kejujuran, pengendalian diri, kebaikan, dan kerja sama. Dengan begitu, suatu pola asuh dikatakan baik bila mampu menciptakan landasan yang sehat dan positif bagi perkembangan anak secara mental dan fisik.

Dalam hal ini, orangtua menjalani kehidupan mereka sebagai panutan. Anak-anak mendengarkan dan melihat apa yang orangtua lakukan, menyerap semua, dan mulai menirunya. (Catatan: "Parenting" mengisyaratkan adanya kegiatan yang sedang dilakukan oleh orangtua kepada anak. Jadi, proses itu tak terbatas waktu. Kapan saja, orangtua adalah model bagi anak.)

Tidak heran bila anak-anak yang terbiasa mengucapkan kata-kata kotor di sekolah akan "ditandai" sebagai anak-anak yang sehari-hari berada pada lingkungan atau rumah yang terbiasa berbicara kotor. Ada pepatah, "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Dalam sejumah hal, mungkin itu ada benarnya.

"Parenting yang baik"  membuat setiap orangtua sadar, bahwa mereka setiap saat diri diperhatikan oleh anak-anak. Mereka adalah model untuk ditiru. Baik dari perkataan, cara berbicara, cara merespon orang lain, dalam kedisiplinan dan keteraturan, dan sebagainya.

Fokus dan tujuan "parenting yang baik" bersifat holistik dan merangkul semua dimensi waktu. Ia mencakup kebutuhan fisik, mental, sosial, emosional, dan intelektual anak. Ia tidak hanya untuk hidup hari ini, tapi sampai anak-anak dewasa dan berkeluarga, lalu menjadi teladan berikutnya bagi keturunan mereka.

"Parenting yang baik" adalah parenting yang penuh cinta kasih, kehangatan, dan penerimaan. Parenting demikian akan melahirkan anak-anak yang juga penuh cinta kasih, kehangatan, dan penerimaan. Ini menjadi tongkat estafet penting buat generasi berikutnya.

Ini menjelaskan slogan bahwa membangun suatu komunitas, bahkan lebih luas lagi yaitu membangun negara, idealnya dimulai dari keluarga.

Selagi masih di dunia, untuk menjadi sempurna, memang tidak mungkin. Tapi, selalu melakukan yang terbaik adalah hal yang mungkin dan diperlukan.

"Parenting yang Baik" 

Berikut ini beberapa hal yang bisa diupayakan dalam menerapkan pola asuh yang baik, berdasarkan ulasan Tanya J Peterson dalam situs Healthy Place.

  • Mendukung: Orangtua memberikan dukungan kepada anak-anak, membantu dalam urusan sekolah dan kegiatan bila diperlukan, menghadiri acara-acara anak-anak, bertanya tentang kehidupan mereka.
  • Disiplin: Orangtua menetapkan pedoman dan aturan yang selaras dengan nilai dan tujuan mereka. Aturan ini harus jelas. Orangtua menjelaskan aturan ini kepada anak-anak, lalu bersama-sama menerapkannya secara konsisten, dengan konsekuensi yang mendidik bila terjadi "pelanggaran".
  • Rutin: Rutin, terstruktur, dan konsisten akan membawa anak-anak pada suasana yang logis dan dapat diprediksi. Ini mendorong perkembangan yang sehat dan positif.
  • Mempercayai: Orangtua mempercayai anak-anak. Jika anak-anak merusak kepercayaan itu, orangtua berbicara secara terbuka, mendisiplinkan, dan menjelaskan alasan mengapa orangtua perlu mendisiplinkan. Namun, orangtua juga memberi contoh. Sehingga, anak-anak dapat mempercayai orangtua, karena ada kesesuaian antara kata dan perbuatan.
  • Keterlibatan: Orangtua perlu memiliki keterlibatan aktif dalam kehidupan anak-anak. Orangtua perlu menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal bersama anak, menghadiri acara sekolah dan aktivitas lain, dan mengikuti apa yang terjadi dalam kehidupan anak-anak.
  • Fokus pada hal-hal positif: Orangtua membantu anak-anak untuk bisa memiliki perspektif positif ketimbang yang negatif. Memproses peristiwa dan situasi negatif itu penting. Anak-anak perlu dibina untuk menemukan hal-hal positif di balik peristiwa dan situasi negatif. Orangtua perlu membantu anak-anak agar memiliki pandangan yang terarah ke depan.
  • Pedoman: Orangtua memberikan pedoman untuk membimbing anak-anak agar menjadi sukses, dengan pedoman yang mereka pahami.
  • Tanggung jawab: Orangtua memberikan tugas kepada anak-anak. Tugas itu harus sesuai dengan usia anak. Lalu, meminta mereka bertanggungjawab atas setiap tugas itu. Ini akan membantu anak-anak memiliki tanggungjawab dan etos kerja yang sehat sedari dini, menuju kesuksesan. (Memang kesuksesan tidak ditentukan semata-mata oleh parenting yang baik. Sebab, kesuksesan sendiri bisa dimaknai dari berbagai sudut pandang. Namun demikian, parenting yang baik merupakan investasi besar dan bersifat jangka panjang buat anak dan masa depannya.)
  • Kasih: Pola asuh mesti digerakkan oleh kasih. Ini yang terpenting. Kasih membuat anak-anak merasa dihargai dan mendorong terbentuknya kepercayaan diri dan keyakinan atas keyakinan dan kemampuan mereka. Anak-anak yang terbiasa mendapatkan kasih dan perhatian akan belajar mengasihi dan memperhatikan orang lain.

"Parenting yang baik" bisa dipelajari dan diasah. Diperlukan kesabaran dan latihan untuk bisa mengembangkan pola asuh yang baik sebagai sebuah keterampilan.

Adanya cinta kasih kepada anak-anak, juga tujuan yang baik, akan memungkinkan setiap orangtua bisa memiliki pola asuh yang baik. Tujuannya, melindungi dan membantu anak menjadi sehat secara fisik dan mental.

"Parenting yang baik"  bermanfaat untuk mencegah anak dari kehidupan yang penuh kecemasan, depresi, gangguan makan, dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan - suatu jerat yang menghambat. ***

No comments:

Post a Comment

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...