Tidur Nyaman
Oleh: Erry Yulia Siahaan
Masih ramai berita tentang banjir. Jadi teringat tahun 1990-an. Tempatnya di salah satu gang di Otista, Cawang, Jakarta. Di sana, adik-adik sepupu tinggal. Kalau musim hujan sudah datang, hati ketar-ketir. Maklum, tempat ini wilayah terkena banjir langganan. Apalagi pada masa itu penataan kota belum seperti sekarang. Tepian Ciliwung belum dirapikan. Pokoknya, kalau musim hujan, sudah bisa dipastikan, daerah ini bakal tergenang. Tidak tanggung-tanggung. Air bisa lebih tinggi dari sepinggang. Pernah sampai ke atap. Bisa dibayangkan bagaimana kesibukan yang diakibatkan.
Yang pertama, mengurus keamanan barang. Yang berat-berat dan tidak mungkin dipindahkan, direlakan. Dibiarkan. Keselamatan diri jauh lebih penting. Jangan sampai terkena setruman. Kalau masih memungkinkan, tumpukan barang dan meja bisa menjadi tempat duduk untuk tidur semalaman. Kalau terlalu parah, lebih baik pindah. Di dekat area itu ada beberapa titik lokasi pengungsian. Ada yang disediakan oleh pemerintah, ada yang atas swadaya masyarakat. Ada yang dalam ruangan dalam gedung. Ada yang berupa tenda darurat. Tapi tetap saja, betapapun keringnya tempat pengungsian, tidur bakalan kurang nyaman dan kurang aman.
Tidak kalah merepotkan adalah pasca banjiir. Lumpur membentuk endapan lengket di lantai. Tembok-tembok kotor dan lembab. Baunya tidak sedap. Bahkan, sampai beberapa hari setelahnya, aroma kurang sedap masih kentara. Selain lumpur, sampah-sampah juga tertinggal di rumah, tak terbawa arus surut. Bisa jadi ada ular. Seperti itulah kisah adik-adik sepupu. Bertahan di rumah kontrakan itu bertahun-tahun, karena dianggap strategis. Yang paling kakak sudah bekerja, membantu membiayai adik-adiknya yang masih sekolah atau kuliah. Sekarang mereka semua sudah bekerja, menikah, berkeluarga. Sudah mapan. Bisa tidur nyaman. Saya yakin, mereka merasakan apa yang saya rasakan. Tidur nyaman adalah anugerah. Bentuk kasih sayang Tuhan yang cukup sederhana yang seharusnya bisa membuat kita bertelut setiap hari, mengucap syukur. Semoga selalu bisa. Amin. ***
#thepowerofkepepet
#pikir15menit
#nulis15menit
#kasihsayang
#Feb24 AISEIWritingChallenge
Kasih sayang Tuhan selalu datang.
ReplyDeleteKita harus bersyukur dengan Kasih sayang Tuhan yang telah kita rasakan. Bagus sekali. Enak bacanya.
ReplyDelete😊
ReplyDelete