Monday, 22 February 2021

Suaka Margakata

Sarira

Oleh: Erry Yulia Siahaan

Sarira dalam  tulisan ini bukanlah nama orang, tetapi kata serapan dalam Bahasa Indonesia dari Bahasa Jawa yang berarti badan atau tubuh. Kata lainnya dengan makna yang sama (badan, tubuh) adalah awak, jasad, bodi, fisik, jasmani, raga. Kosakata ini bukan kata arkais, masih sering kita dengar. Namun, penggunaan kata awak sebagai badan atau tubuh, termasuk kosakata pasif, jarang terdengar. Kata awak lebih sering dipakai untuk menggantikan “saya”.

Ada juga yang menyebutkan kata torso sebagai padanan untuk kata tubuh. Sebenarnya torso berarti patung batang tubuh tanpa lengan dan kaki. Kita sering melihat torso di laboratorium sebagai media belajar.

Tulisan ini bermaksud mengais sejumlah kata arkais dan kosakata pasif dalam konteks sarira. Sumber informasi diperoleh dari situs online, termasuk sinonimkata.com dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serta kosakata tambahan berdasarkan pengalaman penulis.

Tendas

Tendas merupakan kata klasik untuk menggantikan “kepala”. Kata klasik berarti kata yang digunakan pada masa kesustraan Melayu kuno. Menendas berarti memancung. Tendas mirip dengan kata mustaka, sinonim serapan dari Bahasa Jawa, yang juga berarti  “kepala”.

Dalam sebuah situs, kita mendapatkan padanan lain untuk kepala yaitu “hulu”. Cukup beralasan, karena letak kepala dalam tubuh adalah di puncak atau awal. Kita sering mendengar kata dari hulu ke hilir. Kita langsung mengerti maksud kata hulu ini dalam untaian kata tersebut. Dalam KBBI disebutkan arti hulu sebagai kepala, bagian tubuh dari leher ke atas. Namun penggunaan kata hulu sebagai pengganti kata “kepala” nyaris tak terdengar sekarang ini. Maklum, karena hulu sebagai kepala merupakan kata klasik.

Di bawah kepala ada leher. Leher bersinonim dengan gala. Kita sering mendengar kata gala yang bermakna “pertama” atau “perdana”, misalnya untuk pertunjukan, film, drama, dan sebagainya. Juga, sebagai damar. Mengapa kemudian ia muncul sebagai sinonim untuk leher? Menurut saya, mungkin ada kaitannya dengan makna gala Ketika diberikan awalan “ber” menjadi “bergala” yang berarti bersambung erat-erat, atau berkaitan (antara dua hal) atau berhubungan (antara dua orang). Artinya, gala adalah hubungan atau penghubung. Jika diaanalogkan dengan bagian tubuh dan letak leher, bisa diterima bahwa gala adalah sinonim untuk kata eher, karena leher merupakan bagian tubuh yang menghubungkan kepala dan badan.

Kata arkais gundang bermakna tenggorokan, mirip dengan kata lekum. Senu berarti saraf.

Garba

Di bawah leher ada dada dan perut. Perut bersinonim dengan garba, kata klasik. Untuk bagian lain ada kata arkais abaimana (dubur, kemaluan), bakarat (alat kelamin gadis), bangsa (jenis kelamin), kerinjal (ginjal), manikam (mani). Ada pula kosakata arkais seperti cenak (tulang selangka).

Yad

Untuk anggota gerak, ada tangan dan kaki. Tangan bersinonim dengan kata arkais yad sedangkan denyut di pergelangan tangan dengan mik. Juga pitut (bengkok, tentang kaki dan sebagainya),

Untuk kondisi tertentu pada badan kita bisa menemukan kosakata arkais abilah (cacar), benta (bisul dalam daging, di bibir atas), bintal (bintil besar), dambir (gelambir), kebah (basah berkeringat, hilang panasnya setelah berkeringat, tentang demam), kelat (lekat, tentang mata), kemehong (kusta), lemah roman (lemah penglihatan), palau (parut atau bekas lukaa pada kulit, sebagai ciri), petut (lumpuh), salasal (kencing manis), sampu (penyakit seperti sakit kuning, demam, dan sebagainya yang berkepanjangan), sebar (berasa seperi kesemutan).

Untuk adjektiva, ada kata arkais bangkang (berjarak lebar, tentang tanduk dan lainnya), celomes (lemah, berpenyakitan), delong (lekuk atau cekung, tentang mata), lencong atau lencun (licin), peras (licin, rata, paras), peresih (putih, bersih), linggayuran (panjang lampai atau tinggi ramping seperti batang pinang), rangup (rapuh).

Ada pula adjektiva rungau (kurang tidur), rungkau atau merungkau (terurai dan bergantung menutupi muka, tentang rambut), sengkelang (bersilang, tentang tangan atau kaki, atau sengkeling), cawak (lesung pipi), bedegap atau degap (kuat, tegap), runjau (panjang ramping, kurus tinggi, lampai), tongsit (sanggul, kundai), uan (uban).

Untuk verba terkait tubuh ada kata arkais ayut (bersenggama), kelemping (bergelambir, terkelepai (seperti buah dada perempuan tua), lekam (memegang erat dengan telunjuk dan ibu jari), lesit (mengisap, tentang darah), melesit (membuang ingus dengan memijit hidung), ragas (memotong rambut), merakap (bergeraak perlahan dengan lutut dan tapak tangan), ranggul atau meranggul (terangkat sedikit bagian mukaa, mendongak sedikit), remang (meleleh, air mata; atau bersimbah peluh).

Ada juga verba lain, yakni sedu (tersedu-sedu), sendar (mendengkur halus), sentuk (terantuk), sungkum (meniarap, mukanya mengenai tanah dan sebagainya, atau menyungkur), sunjam (jatuh terjungkir, kepala di bawah, atau terjunam atau terhunjam), tamping (menampar, menempeleng), timbuk (menampar, menepuk),  tawak (menggerakkaan, tentang bibir atau mulut), telangkup (berbaring dengana perut di bawah, telungkup), teluk atau berteluk (berlutut, bertelut), tenjet (berjalan dengan ujung jari kaki, berjengket), timbal balik (terbalik-balik, terjungkir), tinjak (langkah keras), tungau atau menungau (melihat ke bawah dengan membungkuk, menundukkan kepala).

Lainnya adalah tungul (memberi tanda bahwa sudah tertaaakluk, tungkul), ubar atau mengubar (membuka barang yang tergulung seperti layer dan sebagainya, mengorak), unjung atau mengunjungkan (mengunjukkan, memberikan), ungam (mengigau, ketika tidur). ***


 

#Lomba Blog PGRI Bulan Februari 2021

#Hari ke-22, Senin, 22 Februari 2021

No comments:

Post a Comment

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...