Mengais Kata Arkais
Oleh: Erry Yulia Siahaan
Sumber: https://soundcloud.com/archaic-audio/sets/genesis-album-free-download |
Dalam tantangan Kamis Menulis tanggal 21 Januari, grup Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal) menetapkan kata "lose" sebagai tema. Cukup berkesan dan mengena. Berkesan, karena dari tema tersebut bermunculan berbagai tulisan yang berwarna-warni, mengikuti interpretasi dan kreasi si penulis. Anggota Lagerunal, terus terang, sedikit kewalahan tapi tetap antusias merespon kata "lose" yang dinilai cukup misterius tersebut. Mengena, karena tema tersebut membantu keluarga Lagerunal dan orang luar yang ikut membaca tulisan-tulisan yang dimuat tersebut menjadi lebih sadar akan kayanya Bahasa Indonesia.
Kata "lose" sempat dinilai misterius karena memang ia sudah tidak lazim digunakan di era sekarang. Ia tergolong jenis kata arkais (dari Bahasa Yunani), yang menurut Wikipedia berarti "dari sebuah masa yang lebih awal dan tidak dipakai lagi atau sesuatu hal yang memiliki ciri khas kuno atau antik." Dalam ilmu bahasa, sesuatu yang sudah lama dan tidak digunakan lagi sering disebut arkaisme. Sebenarnya kita masih memakai kata ini dalam keseharian kita, yakni sebagai awalan beberapa istilah ilmiah, seperti arkeologi, arkatipe, dan sebagainya. Hanya saja, mungkin kita belum tahu bahwa akar kata dari istilah tersebut adalah arkais. Arkeologi atau ilmu kepurbakalaan adalah "ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan". Sedangkan makna arktipe bisa disimak dari makna konsep arketip, yang berkaitan dengan perilaku dalam teori psikologi modern, dan analisis sastra.
Mirip dengan itu, dalam kamus online Merriem Webster memadankan arkais dengan kata archaic, yang berarti memiliki ciri bahasa pada masa lampau dan bertahan, meskipun sudah jarang digunakan. Kata archaic biasanya ditambahkan pada kata lain yang menunjukkan sesuatu yang lazim di masa lampau tapi sudah jarang digunakan di masa sekarang. Archaeology dan archetype adalah contoh istilah dalam Bahasa Inggris yang berakar pada archaic. Contoh lain adalah archaeometry, archaeoastronomy, Archaea, archaeomagnetism, Archaeopteryx, archive, archaism, dan archaeozoic.
Arkais atau Arkaik?
Memperhatikan penjelasan itu, dan mengingat penulisan kata serapan dalam Bahasa Indonesia biasanya mengikuti bunyi kata, tampak bahwa "arkaik" lebih tepat daripada "arkais". Terlebih di beberapa rujukan, misalnya pada situs glosarium, kita bisa menemukan arti kata arkaik, yang memiliki makna kuno, sudah ketinggalan zaman, sudah tidak lazim dipakai lagi. Tetapi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ternyata kita menemukan jalan buntu jika mencari definisi kata "arkaik". Yang ada adalah "arkais". Cukup beralasan, karena kata archaism diserap menjadi arkaisme, karena archaism dibunyikan sebagai /ˈɑː(ɹ)keɪˌɪzəm/ atau /ˈɑː(ɹ)kiˌɪzəm/.
Penggunaan kata-kata arkais sekarang ini bisa ditemukan dalam karya sastra, misalnya puisi, meskipun jarang.Jika kita gali, tampak bahwa kata-kata arkais cukup unik. Contohnya, abun-abun (angan-angan), adicita (ideologi), besikal (sepeda), caring (langgar),dan lain-lain.
Sebenarnya, banyak kata-kata arkais yang manis untuk dikais, agar menemukan kembali "habitatnya". Seperti suaka margasatwa yang merupakan tempat perlindungan keluarga hewan (di habitatnya), mungkin sudah saatnya kita mengupayakan suaka atau menyediakan "habitat" untuk keluarga kata-kata cantik ini. Antara lain memberikan tempat untuk kata-kata arkais dalam tulisan kita, sehingga menjadikan arkais sebagai kosakata aktif. **
Bunda, trimks share tulisan yg luar biasa. Ibu juga bingung ttg suakamargata. Tahunya suakamargasatwa ha...
ReplyDeleteBertambah kosakata ku,,terima kasih bunda
ReplyDeleteSemakin seru jalan-jalan ke suaka margakata.
ReplyDeleteSiiip tulisannya. Kadang kita suka binggung kalau mendengar kata-kata yang tidak biasa diucapkan.
ReplyDeleteMantabb poll tulisannya
ReplyDelete