Memakna Puisi Anak:
Sebuah Pengantar
Oleh: Erry Yulia Siahaan
Tak ada taranya saat melihat anak-anak bahagia. Bahagia dalam berkarya, leluasa. Tak kita dapati tipu-daya di sana. Polos. Lugu. Apa adanya. Merupakan kejahatan bila kita mencemarinya. Kejahatan pula jika kita berupaya memanipulasinya. Menjerumuskan mereka, sehingga bukan lagi menjadi diri mereka yang sebenarnya.
Puisi anak mampu mengantarkan kita pada pesan yang dalam, yang keluar dari lubuk hati mereka. Yang sejujurnya. Sesuatu yang sebenarnya kita rindukan, di tengah berisiknya suara-suara yang tidak jelas niatan dan kepentingannya.
Saat kita bisa memberikan kesempatan untuk kreasi itu lahir, menyempatkan menyimak, dengan mengesampingkan segala urusan kesombongan kita (bahwa mereka hanyalah anak-anak dan kita orang dewasa yang jauh lebih mengerti) saat itu kita dapati, diri kita sebenarnya bukan apa-apa. Bukan siapa-siapa. Kita hanyalah sosok-sosok pengisi jaman yang jenuh dengan kepura-puraan. Penuh muslihat. Kita sungguh membutuhkan bisikan murni, seperti suara mereka. Suara anak-anak.
Berikut ini bagian awal dari catatan saya tentang puisi anak, yang saya mulai dengan melirik puisi siswa-siswi Kelas 4D dari SDN Kramat Jati 03, yang terangkum dalam buku Antologi Puisi: Elegi Pandemi & Rindu Rumah Kedua yang bakal diterbitkan oleh Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD).
Semoga rangkaian catatan tentang puisi anak ini, bermanfaat bagi kita semua. Salam Literasi.
Erry Yulia Siahaan
No comments:
Post a Comment