The Passion of the Christ (Sumber: Wallpaper Flare) |
Anutan dari Taman Getsemani
Oleh Erry Yulia SiahaanPekan ini merupakan hari-hari penting bagi umat Kristiani. Kita mengenal nama-nama khusus seperti Kamis Putih, Jumat Agung, dan hari kebangkitan atau Paskah. Sebelum puncak Paskah, di mana Tuhan Yesus disalibkan lalu bangkit pada hari ketiga, ada masa khusus bagi umat Kristiani untuk perenungan, yang disebut minggu-minggu passion atau minggu-minggu sengsara.
Di lingkungan HKBP, masa passion diadakan dalam ibadah resmi beberapa hari sebelum Jumat Agung. Senin menjadi hari pertama di mana Passion digelar. Malam ini, adalah Passion 2.
Seorang perempuan bernama Lia hadir dalam ibadah tersebut. Bersama sejumlah teman dari koor lanjut usia (lansia), Lia sudah hadir lebih awal. Lia bertemu dengan dua ompung (sebutan untuk kakek-nenek dalam bahasa Batak) di gerbang gereja. Mereka juga anggota koor. Kedua ompung sudah berusia 80an tahun. Masih kuat berjalan. Salah satunya berulangtahun ke-85 pada 1 Juli nanti. Dia masih kuat berjalan kaki dari rumahnya di salah satu gang di dekat gereja.
Sejumlah lansia lain terlihat sudah tiba pula. Mereka duduk-duduk di teras gereja. Lia memilih langsung masuk ke dalam ruang ibadah, bersama kedua ompung tersebut. Dirinya ingin memiliki lebih banyak waktu untuk perenungan pribadi pra ibadah.
Lia dan teman-temannya mengambil tempat duduk paling depan, di sayap kiri, yang memang disediakan khusus bagi lansia. Ratna, anggota koor, sudah duduk di ujung kursi yang dihampiri oleh Lia.
Christ Death-Easter (Sumber: Wallpaper Flare) |
"The Life of Jesus"
Lagu "Karya Terbesar", yang dilantunkan oleh seorang pemuda gereja dari balkon, membuka ibadah. Lagu ini mengiringi cuplikan film "The Life of Jesus", khususnya pada plot di mana Tuhan Yesus menjalani persidangan setelah ditangkap. Film ditayangkan pada dua layar besar di kiri-kanan altar.
Lia beberapa kali mengusap airmatanya saat mendengarkan lagu sembari melihat ke layar. Ratna juga terdengar sesekali menahan napas menyaksikan tayangan itu. Pengadilan itu sungguh tidak adil, pikir Lia. Tayangan mengantarnya pada kisah Tuhan Yesus di persidangan, di mana Pilatus tidak bertindak tegas. Dia tidak adil.
Di persidangan, "keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya. Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?" Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun." (Yohanes 18 ayat 38b-40)
Pilatus menyadari bahwa Tuhan Yesus tidak bersalah. Meskipun ingin membebaskan Tuhan Yesus, Pilatus tidak berani mengambil risiko. Dia malah bertanya dan meminta orang banyak yang memutuskan, di mana mereka tidak setuju Tuhan Yesus dibebaskan.
Usai lagu tersebut, liturgos atau pemimpin ibadah mengajak jemaat bernyanyi dari Buku Ende (Buku Nyanyian) Nomor 84 ayat 1 dan 3, yang antara lain berlirik: "Andai terukir di hatiku, wajah-Mu pada salib-Mu/Andai 'ku ingat Kau selalu, pengorbanan-Mu padaku/Kau sudah s'lamatkan diriku, Kau tanggung 'ku 'tuk dosaku/Kau menyembuhkan penyakitku, damai bahagia hidupku.
Lia dan Ratna masih terdengar sesekali terisak.
Berbeda dengan ibadah mingguan, ibadah Passion hanya diadakan satu kali, pada malam hari. Ibadah Passion banyak diisi dengan pembacaan nas Alkitab mengenai kisah sengsara Tuhan Yesus, yang diucapkan oleh liturgos. Kisah sengsara itu dibacakan berselang-seling dengan lagu-lagu dari Buku Ende, dan dua kali disempali paduan suara. Begitu seterusnya hingga bertemu khotbah oleh Pdt. T Hutahaean.
Tuhan Yesus di Taman Getsemani (Sumber: From Old Books dot Org) |
Khotbah mengambil nas dari Matius 26 ayat 36 sampai 44, yang menceritakan Tuhan Yesus bersama-sama murid-murid-Nya sampai ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Tuhan Yesus menyuruh murid-murid-Nya (Petrus dan dua anak Zebedeus yaitu Yohanes dan Yakobus) untuk duduk, sementara Dia berdoa di tempat lain. Sekembalinya dari berdoa, Tuhan Yesus kembali ke tempat murid-murid-Nya dan mendapati mereka sedang tidur. Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Pada ayat 36 sampai 41 dituliskan, "36 Maka sampailah Yesus bersama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa." 37 Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, 38 lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." 39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." 40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? 41 Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Hutahaean menggarisbawahi beberapa poin dari nas itu.
Pertama, pergumulan di Taman Getsemani adalah pergumulan paling berat yang dihadapi oleh Tuhan Yesus. Jadi, katanya, pergumulan paling dahsyat bukanlah saat Tuhan Yesus disalibkan atau waktu ada di Golgota, melainkan di Getsemani. Namun pergumulan itu dimenangkan oleh kemenangan karena doa.
Matius 26 ayat 38 senada dengan yang dituliskan dalam Markus 14 ayat 34, "lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah."
Bahkan dalam Injil Lukas 22: 44 dikatakan: "Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah." Konon, Injil Lukas merupakan satu-satunya yang membuat catatan mengenai peluh yang menjadi seperti titik-titik darah, dalam peristiwa pergumulan di taman Getsemani.
Ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus merasakan pergumulan yang sangat berat. Pergumulannya itu bukan mengenai kebutuhan duniawi, tetapi justru karena Dia harus menanggung dosa manusia, padahal Dia sendiri tidak berdosa. Tuhan Yesus melakukan penyerahan diri. Dia mengalami pergumulan batin karena keterpisahan-Nya dari Allah Bapa. Terpisah, sebab Allah itu suci, sementara Tuhan Yesus, dengan disalibkan, menanggung seluruh dosa manusia meskipun Dia tidak berdosa.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia bisa saja mengalami pergumulan yang bukan karena kesalahannya. Hanya dengan berserah dan bersandar pada Allah, manusia bisa melewati itu dengan kemenangan.
Kedua, ada rasa kesendirian ketika Tuhan Yesus mendapati murid-muridnya tertidur. Tiga muridnya yang sangat dipercaya ternyata tidak peka atas apa yang dihadapi oleh Tuhan Yesus. Ini berbeda dengan nas pada Passion 1 di mana ada seorang perempuan yang begitu peduli, yang membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi yang mahal dan mencurahkannya ke atas kepala Yesus, yang sedang duduk makan. (Matius 26 ayat 6 sampai 7)
Perempuan itu dengan apa yang dilakukannya membuat murid-murid Tuhan Yesus menjadi gusar. Kata mereka, "Untuk apa pemborosan ini? Sebab minyak itu dapat dijual dengan mahal dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin." (ayat 8 dan 9) Tuhan Yesus berkata, "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia." (ayat 13)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin bertanya-tanya, mengapa orang yang sudah kita bantu tidak tanggap terhadap pergumulan yang kita alami. Mereka seakan tidak peduli. Sebaliknya, orang yang kerap tidak diperhitungkan justru tampil sebagai penolong.
Ketiga, pada Matius 26 ayat 31 dikatakan, "Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai." Pada ayat 33 dikatakan, "Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak."
Menurut Hutahaean, hal ini menyiratkan pertanyaan, sampai mana kita bisa terus setia pada Tuhan dan melakukan apa yang dikatakan-Nya. "Harus seiring, antara kata dan perbuatan."
Encouraging Verses (Sumber: Get Tithe.ly) |
Keempat, meskipun pergumulan-Nya berat, Tuhan Yesus berserah pada kehendak Bapa. Ayat 42 mengatakan, "Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" Tuhan Yesus berdoa sampai tiga kali dan sebanyak tiga kali pula Dia berserah kepada Bapa.
Seperti dikatakan di atas, bisa saja terjadi bahwa pergumulan manusia bukan karena kesalahan atau kejahatannya. Untuk itu, manusia mungkin merasa diperlakukan tidak adil. Menjadi tugas berat untuk mengikuti teladan Kristus, yakni memenangkan kehendak Tuhan. Sebab, iblis bisa mendekati di saat manusia dalam pergumulan. Manusia tidak boleh lengah.
"Yakinlah, apa yang terjadi dalam kehidupan kita, Tuhan mengetahui. Tuhan tidak pernah merancang malapetaka atau mengijinkan sesuatu terjadi melebihi kekuatan kita," tegas Hutahaean.
Tidak mudah, pikir Lia usai ibadah, sembari menyeruput teh panasnya dan sesekali tersenyum atau mengangguk untuk merespon jemaat lain yang duduk di dekatnya, yang juga sedang menikmati snack dan teh atau kopi panas. Dia sebelahnya, Ratna duduk.
Resonansi pergumulan berbicara dari usia kedua perempuan itu, dari lansia lainnya, bahkan semua manusia. Meskipun terang-kelamnya mungkin tidak terlihat, pun tidak diungkapkan. Tidak ada kehidupan tanpa suka, tanpa duka, tanpa luka. Semua silih berganti tiba. Usia tidak pernah berdusta. Hari ini, usia kembali ke titik nol. Menjadi lembaran baru yang kosong. Torehan di atasnya tergantung pada Lia, Ratna, dan lainnya, seberapa banyak dan seberapa dalam anutan dari Getsemani dibolehkan menghiasinya.
Lia dan Ratna menyandarkan harapan mereka kepada Tuhan, Sahabat yang telah memberikan teladan bahwa sekalipun berkuasa Dia tidak berpaling dari misi menanggung dosa manusia. Seperti kata pendeta, pahit-manis kehidupan harus diterima, dengan mencari kemenangan melalui doa.
Firman Tuhan mengatakan, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Lia pulang dengan kepenuhan sukacita. Semoga bisa, kata Lia berulangkali dalam hati. Doa dan harapan yang sama untuk anak-anak dan semua keturunannya. ***
No comments:
Post a Comment