Monday, 17 April 2023

"Telur Bercerita" dan Paskah

 

"Telur Bercerita". (Foto: Erry Yulia Siahaan/Dokumentasi pribadi)

Telur dan Paskah

Oleh Erry Yulia Siahaan

Menjadi tradisi, ada telur dalam perayaan Paskah. Demikian halnya pada perayaan Paskah Anak Sekolah Minggu di HKBP Cibinong Ressort Cibinong, Sabtu (15 April 2023).

Sekitar 250 anak ikut merayakan. Mereka datang dengan orangtua, keluarga, saudara, dan beberapa dengan kakek-nenek mereka.

Selain ada pembagian telur rebus matang, digelar pula berbagai permainan dan lomba. Ada permainan mencari telur dan stik es krim sebanyak-banyaknya. Telur-telur itu disembunyikan di sejumlah tempat oleh guru sekolah minggu (GSM) sebelum anak-anak tiba. 

Permainan ini hanya untuk kelas besar dan diadakan saat anak-anak kelas kecil berlomba menghias telur. Sebab, pada saat mencari, anak-anak cenderung berlarian. Apalagi bila mereka melihat indikasi di mana telur atau stik itu disembunyikan. Jika lebih dari seorang mengetahui tempat itu, mereka akan berlomba mendapatkannya lebih dulu.

Ada juga lomba menjawab pertanyaan pendeta berdasarkan khotbah. Sepuluh anak terpilih menjawab dengan cepat dan benar. Mereka tidak langsung mendapatkan hadiah. Mereka diminta dulu mengambil salah satu telur dari ranting-ranting telur yang dibuat oleh GSM sebagai penghias ruang perayaan Paskah.

Pada telur-telur yang mereka pilih, ada gulungan kertas kecil berisi instruksi untuk melakukan sesuatu yang menantang. Misalnya, bernyanyi.

Lomba menghias telur. Ferdinan Manurung (kanan) asyik dengan cat air. (Foto: Erry Yulia Siahaan/Dokumentasi pribadi)

Untuk kelas kecil, anak-anak berlomba menghias telur yang dikerjakan langsung di gereja. Jadi, tidak diselesaikan di rumah kemudian dibawa untuk dilombakan pada hari-H, seperti halnya untuk kelas besar.

Macam-macam gaya hias muncul dari anak kelas kecil. Orangtua sedapat mungkin tidak membantu. Ada yang menorehkan cat air bak seorang pelukis, seperti yang dilakukan oleh Ferdinan Manurung. Ada yang mewarnai dengan spidol, seperti Chiko dan Clarissa. Ada yang menggunakan kapas, mata buatan, kertas warna, lalu ditempel-tempel pada permukaan telur, seperti yang dilakukan oleh Morija Sitorus.

Ada yang hasil akhirnya menyerupai orang. Ada yang menyerupai kelinci, kura-kura, atau ayam. Yang seperti orang, ada yang berhiaskan topi kerucut dari kertas. Yang menyerupai unggas, ada yang diberi sayap berwarna kuning.

Beragam kreasi juga bermunculan pada telur yang dibawa oleh anak kelas besar. Ada yang berupa diorama dari telur atau berupa telur-telur bertema (saya menyebut dua jenis telur hias ini sebagai "telur bercerita"). Ada yang bertema penyaliban Tuhan Yesus. Ada yang kreasinya berupa keranjang telur dengan nas Alkitab mengenai kasih. Ada pula yang berupa keluarga kelinci atau keluarga unggas. Juga, ada yang berupa ranting telur yang berputar-putar seperti kotak musik.

Kreasi telur hias anak sekolah minggu kelas besar. (Foto: Erry Yulia Siahaan/Dokumentasi pribadi)

Makna Telur

Dalam khotbahnya, Pdt. Dr. T. Hutahaean menceritakan makna Paskah. Juga mengapa secara tradisi ada telur dalam perayaan Paskah.

Telur merupakan representasi dari kehidupan baru dan kelahiran kembali. Pemaknaan ini menjadi salah satu pertanyaan yang dilombakan dalam perayaan tersebut.

Dalam sejarahnya, banyak simbolisme untuk perayaan Paskah, yang tidak ada dalam Alkitab, seperti kelinci paskah dan telur paskah. Sama halnya dengan telur, kelinci juga melambangkan janji awal yang baru dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.

Tradisi kelinci Paskah diyakini berasal dari Jerman pada abad ke-17. Menurut legenda, kata media Diario AS, seekor kelinci bertelur. Telur itu disembunyikannya di rerumputan untuk ditemukan oleh anak-anak selama musim Paskah. Imigran Jerman membawa tradisi ini ke Amerika Serikat pada abad ke-18, di mana tradisi ini dipopulerkan dan berkembang menjadi kelinci Paskah yang kita kenal sekarang.

Saat agama Kristen tumbuh di Eropa pada abad ke-1, muncul adaptasi perayaan untuk agama baru tersebut, termasuk cangkang telur yang dipandang sebagai simbol makam tempat Yesus muncul, sedangkan telur itu sendiri melambangkan kehidupan baru.

Permainan menyembunyikan dan mencari telur paskah adalah kebiasaan sejak dulu sebagai perayaan untuk hidup baru, juga titik balik musim semi. Telur dihias seindah mungkin, kemudian diberikan sebagai hadiah untuk melambangkan kelahiran kembali alam setelah musim dingin. Tradisi ini menjadi populer dan akhirnya diadopsi di banyak budaya di dunia.

Dalam sejarahnya, khususnya di Inggris, orang saling memberi telur sudah sejak berabad-abad. Konon, pada abad pertengahan, masyarakat dilarang makan telur selama 40 hari masa Prapaskah. Pada hari Minggu Paskah, mereka menyantap telur, khususnya bagi masyarakat miskin yang tidak mampu membeli daging.

Masyarakat memberikan telur kepada gereja sebagai persembahan Jumat Agung. Penduduk desa juga sering memberikan telur sebagai hadiah kepada tuan tanah pada hari Paskah. Bahkan, kata English Heritage, para bangsawan terlibat. Pada 1290, misalnya, Edward I membeli 450 telur, yang dihias dengan warna atau daun emas dan diberikan kepada keluarganya.

Dewasa ini, kabarnya Inggris memerlukan 80 juta telur untuk perayaan Paskah setiap tahunnya.

Mitos

Ada juga mitos seputar telur Paskah. Contohnya, telur yang diletakkan pada hari Jumat Agung bisa berubah menjadi berlian jika disimpan selama 100 tahun. Jika seseorang memiliki dua kuning telur, itu pertanda segera menjadi kaya. Beberapa orang mengira, telur yang dimasak pada Jumat Agung dan dimakan pada Minggu Paskah meningkatkan kesuburan dan mencegah kematian mendadak. Sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang untuk memberkati telurnya sebelum memakannya.

Telur Guling

Di Lancashire, Inggris, pada abad ke-18, telur pacu sangat populer. Telur ini bisa berupa telur ayam, bebek, atau angsa yang direbus kemudian cangkangnya dihiasi warna-warna cerah -- seperti pada periode abad pertengahan.

Kreasi lain dari telur hias anak sekolah minggu kelas besar. (Foto: Erry Yulia Siahaan/Dokumentasi pribadi)

Telur hias itu diberikan sebagai hadiah pada Paskah, atau menjadi telur pacu. Telur juga menjadi karakter dalam drama, dengan gaya abad pertengahan, di mana terjadi pertarungan teatrikal antara pahlawan dan penjahat. Karakter pahlawan biasanya dibunuh, sebelum dihidupkan kembali untuk mengalahkan penjahat. Dalam banyak drama, karakter pahlawannya adalah St George.

Pada lomba telur pacu, anak-anak menggelindingkan telur berhias dari atas bukit. Penilaian dilihat dari telur siapa yang menggelinding paling jauh tanpa pecah. Konon, kata English Heritage, ini menjadi simbol penggulingan batu dari kubur Yesus.

Tradisi telur guling masih ada di beberapa daerah di Inggris. Misalnya, di Preston, Lancashire. Permainan serupa yang paling terkenal adalah yang dilakukan di halaman Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat.

Ada pula tradisi telur cokelat. Di Inggris, telur cokelat pertama dijual oleh Fry's pada 1873, disusul oleh Cadbury pada 1875. Telur Paskah awal ini dibuat dari cokelat hitam, halus dan polos, tetapi pada 1897 Cadbury's Dairy Milk diperkenalkan, dengan campuran cokelat dan susu.

Telur cokelat jenis baru itu sangat populer hingga saat ini. Untuk Paskah, selain berupa telur, cokelat susu juga dibuat berupa permen atau cokelat batangan. ***

No comments:

Post a Comment

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...