Thursday 11 February 2021

 

 

Refleksi

Oleh: Erry Yulia Siahaan

 
Sumber: https://unsplash.com/

Berdiri di depan cermin. Melihat bayangan sendiri. Menerima setiap guratan buruk atau baik. Jujur membaca nurani. Menyadari bahwa tak guna menipu diri. Itu episode psikologis menuju kebebasan sejati. Setiap langkah penerimaan diri menjadi ikhtiar pelonggaran belenggu atas suara hati. Rantai-rantai penjerat untuk tidak menjadi diri sendiri, membebani hanya untuk bercitra baik pada publik, tetapi dusta paling keji atas pribadi.

Kita mungkin jatuh hari ini. Membekaskan lesi. Saat bercermin, hanya ada dua opsi. Menyangkal ataukah mengakui: dua cara menuju arah yang sangat kontradiksi. Menyangkal kelak melahirkan aneka kompensasi. Bisa proyeksi, regresi, atau sublimasi. Mengakui, membuat kita mampu membaca kekurangan dan kelebihan diri, bersikap lebih menghargai, mensyukuri. Lalu, berani membuat keputusan untuk memperbaiki diri. Lebih fokus pada potensi menuju kesejahteraan psikologis.

Lepaskan  topeng kita. Akhiri sandiwara. Jangan bodohi dunia. Lihat ke dalam jiwa. Bebaskan nurani, leluasa menilai setiap realita. Tak ada kebohongan di sana. Kita terbang sebagai pahlawan pembelajar, setiap kali setingkat lebih tinggi. Itulah arti refleksi. ***

 

 

#KamisMenulis Edisi 11 Februari 2021

Terima. Sadari.Perbaiki

6 comments:

  1. Siap, Bu Erry. Semoga bisa selalu mawas diri. Terima kasih sudah mengingatkan. 🙏

    ReplyDelete
  2. Mantap kata katanya 👍 tegas .setuju

    ReplyDelete
  3. Belajar banyak kata-kata ilmiah dalam tulisan ini.

    ReplyDelete
  4. Banyak kata yang bisa membawa kita untuk refleksi dan mawas diri ya Bu.

    ReplyDelete

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...