Saturday 16 January 2021

  

Pendidik yang Menginspirasi, Seperti Apa?

Oleh: Erry Yulia Siahaan

 

Secara empiris, pendidik yang menginspirasi sudah terbingkai dalam kompetisi. Contohnya, melalui lomba Guru Inspiratif, Motivator Pendidikan Inspiratif, dan lain-lain. Masing-masing dengan kerangka penilaian, yang mungkin sama, mungkin berbeda.

Pertanyaannya, sudahkah wacana pendidik menginspirasi itu menyatu dalam tekad dan semangat setiap insan yang mengaku dirinya pendidik? Ataukah, semua dilakukan sekadar urusan formalitas untuk promosi jabatan, pencitraan, kenaikan tunjangan, dan semacamnya?  Semua kembali kepada individu bersangkutan dan pemahaman yang benar tentang apa itu inspirasi, bagaimana menjadi sosok yang menginspirasi, dan apa tujuannya.

Kata orang, mencari inspirasi itu sulit. Ada yang mencarinya di tempat sunyi. Seakan inspirasi itu sedang bersembunyi. Sesungguhnya, mencari inspirasi jauh lebih mudah ketimbang menjadi sosok yang menginspirasi. Ibarat memahami teori yang jauh lebih mudah ketimbang mempraktikannya. Lalu, kemampuan menginspirasi itu suatu karisma ataukah buah usaha?

Berikut ini ulasan saya setelah puluhan tahun mengamati kehidupan, tentang mereka yang menurut saya cocok disebut orang-orang yang menginspirasi, khususnya di bidang pendidikan.

Esensi menginspirasi ada pada bukti dan butuh dedikasi. Sesorang dinilai menginspirasi ketika dirinya telah lebih dulu melakukan sesuatu, yang kemudian memunculkan keinginan orang lain untuk melakukan hal serupa. Orang itu tidak harus yang bekerja dalam wadah melembaga dengan kemampuan canggih, tapi bisa sosok mandiri sederhana, yang eksis tapi luput dari bidikan pencitraan publik.

Misalnya, seorang janda yang menjadi buruh harian cuci setrika, yang tiap hari berkeliling dari rumah ke rumah, membagi waktu antara kepentingan belajar anak-anak dan urusan mencari nafkah, dengan alat komunikasi satu-satunya di rumah.

Atau, guru honor dengan upah ratusan ribu rupiah dengan murid tigaratusan anak, yang setiap hari naik turun angkot dengan kaki kadang terseok (karena faktor usia) demi menempuh jarak puluhan kilometer ke tempatnya bekerja. Guru ini terbentur aturan saat ingin berjuang demi tunjangan. Dia bukan sarjana pendidikan, sudah tak lagi muda. Honornya dipangkas saat pandemi, tanpa pemberitahuan atasan. Guru ini tetap bekerja, walau kerap berbenturan dengan dilema antara idealismenya menegakkan kejujuran dan desakan memainkan nilai akibat ketakutan struktural dan untuk citra lulusan.

Itu bukan kisah ekstrem rekaan. Tapi fakta dalam catatan saya tentang kehidupan. Banyak yang mungkin lolos dari pantauan, karena terbatasnya  jarak tempuh langkah saya dan bidang pandang.

Jika kita sepakat dengan Ki Hajar Dewantara bahwa siapa saja bisa menjadi guru dan di mana saja bisa menjadi sekolah, kita tentunya seide, janda tadi adalah pendidik yang menginspirasi. Setidaknya untuk saya, karena dia telah menularkan impian untuk menjadi sosok setangguh dirinya. Juga guru tadi.

Inspirasi bukan sesuatu yang bersembunyi. Ia merupakan proses mental yang tumbuh dari mengamati dan peduli, yang mendorong kita melakukan atau merasakan sesuatu secara kreatif. Seseorang dianggap menginspirasi jika berkemampuan membuat orang lain melakukan atau merasakan sesuatu. Saya mencatat, harus ada keterhubungan antara yang terinspirasi dengan yang menginspirasi melalui proses mental, dari motivasi, stimulasi, dan akhirnya kreasi.

Jelas, “menginspirasi” adalah buah usaha, sementara karisma bumbu penguat. Bagaimana kita bisa menginspirasi? Dengan menjadi role-model positif dan berkomitmen terus melakukannya agar buah-buah yang dihasilkan lebih banyak dan berkualitas.

Bayangkan jika buah-buah inspirasi bermunculan di sana-sini dan diteladani di seluruh penjuru negeri, kendati tanpa bingkai kompetisi.


 

#AISEI #LombaBlogAISEI #komunitaspendidikIndonesia

 PROFIL

 

 

ERRY YULIA SIAHAAN

Lahir di Jakarta pada 28 Juli 1963, penulis adalah anak ketujuh dari sebelas bersaudara dari pasangan M Siahaan dan E Silitonga. Penulis mengenyam  pendidikan di TK Poerwajaya, SDN Taman Harapan 01 Pagi, SMPN 49, SMAN 14, IPB, dan kini kuliah di Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Menggemari dunia sastra dan musik, penulis aktif mengajar Bahasa Inggris, khususnya untuk anak-anak. Penulis sudah dan sedang menulis sejumlah buku. Catatan penulis: “Dunia  membutuhkan sosok-sosok berdedikasi dan menginspirasi.  Mari kita mulai dari diri sendiri, saling menyinari, dari hal-hal sederhana, menuju kebaikan bersama.”

 

 

 

3 comments:

  1. terima kasih bu, tulisan yang sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  2. Parsaoran Siahaan16 January 2021 at 23:34

    Topik tentang pendidik yang menginsprirasi dapat menginspirasi pembaca khususnya bagi para guru

    ReplyDelete
  3. Waahh kerenn.. Terimakasih untuk tulisannya Bu Erry, sukses selaluu🙏

    ReplyDelete

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...