Sunday, 3 January 2021

Ngopi Seksi "Outlook Pendidikan 2021"

 Dari Minor ke Mayor

Oleh: Erry Yulia Siahaan

Pendidikan di Indonesia pada 2020 meninggalkan catatan suram sekaligus menjadi "pekerjaan   rumah" besar untuk tahun ini. Pendidikan  2021 diperkirakan akan sama saja atau bahkan lebih buruk dari tahun sebelumnya jika tidak ada perbaikan ril radikal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta lembaga terkait. Perbaikan yang diharapkan antara lain munculnya berbagai payung hukum yang jelas untuk kebijakaan-kebijakan yang dibuat oleh Mendikbud selama ini (termasuk asesmen nasional, AKM, standar pendidikan dalam kurikulum darurat, dan lain-lain), penyelesaian masalah penggunaan istilah "Merdeka Belajar" yang diklaim oleh swasta, pemetaan komprehensif tentang kesiapan membuka sekolah, dan sebagainya. 

Demikian benang merah acara Ngopi Seksi "Outlook Pendidikan 2021" secara online Minggu, 3 Januari 2021, yang berlangsung siang hingga sore hari. Kegiatan dipandu oleh dua moderator yaitu Indra Charismiadji (Vox Point Indonesia) dan Ahmad Rizali (NU Circle). Hadir tujuh narasumber, yakni Prof. Suyanto, Ph.D. (Anggota BSNP), Dr. Toni Toharudin, M.Sc. (Ketua BAN-SM), Prof. Dr. R. Agus Sartono, MBA. (Deputi Menteri Bidang Pendidikan dan Agama Kemenko PMK), Retno Listyarti (Komisioner KPAI), M. Ramli Rahim (Ketum PP IGI), Ferdiansyah,SE.,MM. (Anggota Komisi X DPR RI), Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP, M.T (Dirjen Pendis Kemenag). 

Ngopi Seksi (Ngobrol Pintar Seputar Kebijakan Edukasi) adalah sebuah platform diskusi dalam jaringan membahas regulasi dan isu-isu pendidikan Indonesia terkini. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi Vox Point Indonesia dan NU Circle. Tahun 2020 dinilai sebagai tahun yang cukup suram bagi seluruh dunia. Pada tahun baru ini diharapkan terjadi perbaikan signifikan di berbagai bidang termasuk pendidikan. Pemerintah mengagendakan berbagai program unggulan seperti guru penggerak, sekolah penggerak, program organisasi penggerak (POP), Asesmen Nasional (menggantikan UN), pergantian kurikulum, digitalisasi sekolah, rekrutmen 1 juta guru PPPK, dan kelanjutan BDR (Belajar Dari Rumah). Pertemuan membahas apakah rencana tersebut akan mensukseskan program Pembangunan SDM Unggul - Indonesia Maju dan juga menjadi bagian penting dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang cerdas dan berujung pada kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia seperti yang diamanatkan dalam UUD'45. 

Dalam pertemuan memang sempat muncul berbagai kritik terhadap kebijakan pendidikan selama 2020 dan nada-nada pesimis tentang kondisi pendidikan di Indonesia 2021.

 Prof. Agus mengemukakan minggu pertama Januari akan dibahas berbagai isu pendidikan, dari yang klasik (isu kualitas, jumlah, dan distribusi guru) sampai yang lebih kompleks seperti solusi untuk 46 ribu sekolah yang terkendala listrik dan jaringan internet, zonasi dalam PPDB, pengembangan konten pembelajaran, payung hukum untuk asesmen nasional pengganti UN, dan sebagainya. Beliau berpikir bahwa tahun 2021, kalaupun ada perubahan, perubahan itu belum signifikan.

Retno menyampaikan masalah belum adanya kejelasan mengenai vaksin Covid-19 untuk anak-anak (yang jumlahnya sekitar 80 juta) dan ibu hamil. Juga perlunya alternatif lain selain hanya pembelajaran jarak jauh (PJJ) jika pandemi berlanjut, adanya pemetaan yang jelas sebelum membuat kebijakan; kesiapan guru sebagai role-model yang baik bagi peserta didik dalam perilaku pencegahan Corona, serta kasus wafatnya empat anak terkait PJJ. Hal lain adalah belum adanya kejelasan standar kelulusan dan penilaian dengan adanya perubahan pada kurikulum darurat, klaim penggunaan kata "Merdeka Belajar" oleh sekolah swasta. 

Toni dari BSN menjelaskan BSN 2012-2022 berkomitmen melakukan reformasi dalam sistem akreditasi dalam sejumlah aspek. Termasuk dalam manajemen, pengukuran, efektivitas dan efisiensi sistem akreditasi, dan Dashboard Monitoring System untuk penerapan 2022. Salah satu masalah yang muncul adalah ketidaksinkronan hasil akreditasi yang ada (meningkat) dengan grafik hasil UN dan PISA (menurun). Ini menimbulkan pertanyaan, katanya.

Prof. Suyanto yang datang atas nama pribadi mengatakan produk-produk standar dari BSNP yang sudah dikirimkan (termasuk standar isi) belum juga disetujui/ditandangani oleh Mendikbud. Ditunda. "Akan menunggu perubahan PP 19. Ternyata PP 19 nggak berubah-ubah juga," katanya. BSNP sudah menyelesaikan naskah dokumen Arah Kompetensi Generasi Menuju 2045, sebagai  inspirasi bagi pemangku kebijakan pendidikan, pembuat UU, dan pihak terkait lainnya. Prof. Suyanto tidak yakin pendidikan 2021 akan lebih baik daripada 2020. 

"Stagnan saja sudah alhamdulillah," katanya seraya menyampaikan pertanyaan yang muncul di lembaga BSNP sendiri tentang kriteria apa yang akan digunakan untuk mengukur berhasil atau tidaknya, baik secara nasional maupun individu, ketika tidak ada sistem yang jelas.

Ferdiansyah mempertanyakan konsep budaya Indonesia seperti apa. Juga perihal kejelasan payung hukum untuk sejumlah kebijakan Mendikbud, pendidikan inklusi, sekolah segregasi, anggaran, komunikasi, perhitungan waktu dalam sosialisasi kebijakan (terkait asesmen), dan sebagainya. "Outlook pendidikan 2021 tidak akan lebih baik jika yang tadi dikatakan tidak dilakukan perbaikan yang ril radikal, plus komunikasi."

 Ramli dari IGI mengatakan IGI memilih tidak lagi mengkritik karena sudah capek. Satu-satunya kebijakan yang cukup diapresiasi adalah kebijakan satu juta guru PPPK. Dia melihat menteri gagal melobi pemerintah. Dalam satu setengah tahun ini, dia tidak melihat sesuatu yang menarik dari Mendikbud kecuali kebijakan PPPK tadi.

Nada-nada pesimis itu mengemuka tanpa ada respon atau penjelasan langsung dari Kemdikbud dalam pertemuan itu. Sudah diundang, tapi tidak hadir, kata moderator. Di akhir acara, masing-masing narasumber memberikan closing statement. Intinya, pada dasarnya optimisme tetap ada, dan idealnya memang harus ada. Namun diperlukan kerja ekstra, kejelasan, dan komunikasi yang baik dari pemerintah, khususnya Kemdikbud. 

Dari pesimis ke optimis, seperti dari minor ke mayor, kata Rizali sebelum menutup acara. Seperti lagu-lagu Bimbo, meskipun awalnya nada minor, sendu, namun penutupnya mayor, selalu optimis.  ****

 

No comments:

Post a Comment

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...