Sunday, 30 July 2023

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi yang terbuka dan efektif yang dilakukan melalui tiga cara. (https://images.pexels.com)

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu 

Oleh Erry Yulia Siahaan

Ikatan erat antara orangtua dan anak merupakan salah satu faktor yang besar pengaruhnya bagi optimalisasi kesejahteraan anak, baik fisik maupun psikis. Komunikasi yang terbuka dan efektif merupakan salah satu kunci untuk membentuk hubungan tersebut.

Sayangnya, dewasa ini ikatan erat antara orangtua dan anak lebih sulit didapat. Relasi antaranggota keluarga seakan terkoyak. Komunikasi yang terbuka dan efektif menjadi sulit dilakukan. Padahal itu penting bagi kesejahteraan anak.

Banyak anak memberontak, merasa “diperbudak” jika harus menurut terus pada orangtua. Anak menjadi galak jika orangtua dinilai terlalu banyak nasihat. Sebaliknya, orangtua merasa berhak mendapat hormat dari anak, sekalipun mungkin mereka kurang jujur dalam merefleksi diri tentang apa yang kurang dalam pola asuh mereka sebelum kesulitan komunikasi itu terjadi.

Pekerja sosial klinis dan psikoterapis terlisensi, Jourdan Travers, LCSW pekan lalu menyebutkan tiga cara yang harus diketahui oleh para orangtua untuk bisa membangun komunikasi yang terbuka dan efektif dengan anak, menuju terbentuknya ikatan erat di antara mereka.

Melansir Psychology Today, Travers mengatakan, membiasakan komunikasi yang terbuka dan efektif dengan anak dapat memperkuat ikatan erat satu sama lain. Hal ini harus diupayakan sedari dini, konsisten dan rutin. Jadi, bukan sesuatu yang bisa didapat secara instan.

Komunikasi yang terbuka dan efektif sangat penting dalam membangun ikatan erat antara orangtua dan anak. Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga membuat anak merasakan orangtua sebagai tempat berlindung yang aman dan nyaman bagi mereka.

Terlebih pada masa-masa pembentukan jatidiri, yang mana (jika tidak menemukannya di rumah) anak-anak mungkin malah mencari sumber lain di luar keluarga atau orangtua sebagai alternatif untuk bercerita, akibat takut dihakimi oleh orangtua atau sering berselisih pendapat dengan orangtua.

Menurut Travers, hubungan yang tegang antara orangtua dan anak dapat menimbulkan konsekuensi yang merugikan. Contohnya, ketertutupan anak dalam membahas topik yang sensitif, meningkatkan risiko atau kerentanan anak terhadap penyalahgunaan zat, menimbulkan keraguan atas kemampuan diri dan rendah diri, serta menepis rasa percaya dan aman pada anak terhadap orangtua.

Sebaliknya, adanya komunikasi yang terbuka dan efektif akan membuka ruang penerimaan bagi diri anak, sehingga mereka sudah tahu kepada siapa harus berbicara dan meminta saran jika menemukan masalah atau ingin menanyakan sesuatu.

Travers memberikan tiga tips untuk menciptakan komunikasi yang terbuka dan efektif itu. Pertama, usahakan untuk mengurangi kekacauan, dan tingkatkan suasana untuk anak mengungkapkan ekspresi diri dan permasalahannya.

Sebuah studi tahun 2023 yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology menyoroti tantangan yang dihadapi oleh keluarga yang penuh kekacauan, di mana orangtua menghadapi kesulitan untuk menjalin percakapan yang bermakna dengan anak-anak mereka.

Stres membuat orangtua lebih sulit untuk tetap responsif dan terlibat secara positif dengan anak-anak sepanjang hari. Stres di sini seperti tinggal di lingkungan rumah yang kacau, yang memancing orangtua membangun relasi dengan terlalu banyak mengatur.

Penelitian itu menggarisbawahi pentingnya menjaga konsistensi dan rutinitas untuk melakukan percakapan yang mudah, ringan, dan bermanfaat dalam keluarga, menuju terbinanya hubungan yang bermakna antara orangtua dan anak.

Misalnya, dengan saling berbagi makanan, meluangkan waktu secara rutin pada hari yang sudah dikhususkan untuk keluarga, dan memanfaatkan waktu setiap hari untuk interaksi yang berkualitas.

Kedua, menjadi orangtua yang otoritatif atau berwibawa, bukan otoriter. Memang tidak ada panduan yang pasti untuk pola asuh yang sempurna yang berlaku bagi semua orang, apalagi jika manfaatnya ingin didapat dalam waktu relatif singkat. Namun, setidaknya orangtua berusaha untuk menerapkan pola asuh yang otoritatif (berwibawa) ketimbang menjadi otoriter.

Pola asuh yang otoriter adalah yang menunjukkan sikap yang kaku dan mengontrol, menekankan dominasi dari orangtua, dan penegakan aturan secara ketat dan kaku.

Pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang cenderung bersikap mengutamakan struktur, tapi memupuk otonomi anak menuju kemandirian.

Hasil penelitian pada 2018 yang dipublikasikan dalam Journal of Child and Family Studies menunjukkan manfaat besar dari pola asuh yang otoritatif. Orangtua dapat mengatur dan mengarahkan anak-anak mereka menuju kehidupan yang lebih sejahtera.

Contoh manfaat pola asuh otoritatif terhadap anak adalah membantu anak untuk mencapai kemandirian emosional, memberikan kebebasan untuk mengungkapkan pikiran dan berbagi pengalaman, mengembangkan rasa aman dan tangguh secara emosi, membantu anak dalam membentuk perspektif yang baik, serta meningkatkan ekspresi diri yang sehat.

Ketiga, menjadi orangtua yang memberi kepercayaan pada anak dan memiliki kesabaran, bahkan mungkin pada saat orangtua tidak menginginkannya.

Penelitian pada 2015 yang diterbitkan dalam British Journal of Developmental Psychology menemukan sejumlah manfaat terhadap diri anak dari pola asuh yang memberikan kepercayaan dan sabar. Anak-anak mulai peduli atas keberadaan mereka sejak usia prasekolah dan lebih cenderung terbuka pada orangtua mengenai informasi positif dan negatif.

Bagi sebagian orangtua, membina komunikasi yang terbuka dan efektif dengan anak merupakan tantangan berat. Di satu sisi orangtua menghendaki anak melakukan hal tertentu, sementara anak ingin melakukan sesuatu yang lain.

Orangtua disarankan untuk bisa menahan diri dalam hal memberi respon spontan yang impulsif atau memberi kesan terlalu ingin tahu dan ikut campur dengan urusan anak. Sikap yang tidak terlalu mengekang akan meningkatkan rasa kepercayaan anak pada orangtua dan membuka jalan bagi mereka untuk mau berbagi dengan orangtua, bahkan mengenai informasi pribadi yang sensitif sekalipun.

Dengan terbukanya celah itu, orangtua menjadi lebih mungkin untuk membimbing anak secara efektif dan memastikan kesejahteraan mereka, baik secara fisik maupun psikis. ***

Sunday, 16 July 2023

'Tummy Time': Waktu Tengkurap pada Bayi, Kapan Sebaiknya Dimulai?

(Sumber: Pexels/Victoria Rain)

'Tummy Time': Waktu Tengkurap pada Bayi, Kapan Sebaiknya Dimulai?

 Oleh Erry Yulia Siahaan

Kiriman foto masuk ke telepon seluler saya. Lagi, itu foto Biyel, cucu saya yang baru lahir.

"Tummy time, Ompung Biyel," kata ayahnya memperlihatkan Biyel yang sedang menyandarkan perutnya pada tubuh ayahnya. Biyel terlihat membuka mulutnya dengan ekspresi tertawa, seperti menikmati kehangatan itu.

Tummy time memang merupakan bagian dari perawatan bayi baru lahir, terutama di masa modern ini. Berbeda dengan masa dulu, di mana pengasuhan bayi masih diwarnai banyak kekhawatiran, hal-hal tabu, dan mitos.

Apa itu tummy time

Tummy time adalah waktu atau kesempatan yang diberikan kepada bayi untuk mengambil posisi tengkurap. Istilah “tummy time” sering muncul dalam keluarga yang memiliki bayi. Tummy time menjadi kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari oleh orangtua terhadap bayi mereka.

Kegiatan ini membawa banyak manfaat positif. Posisi itu akan membantu bayi melatih kekuatan ototnya, terutama otot leher, kepala, dan tubuh bagian atas.

Otot-otot itu merupakan bagian penting tubuh yang berperanan dalam mengembangkan kemampuan bayi untuk bisa tengkurap sendiri. Juga, untuk melakukan kegiatan lain.

Tummy time bisa merangsang kemampuan bayi untuk selekasnya bisa tengkurap. Jika bayi hanya berbaring dengan posisi telentang, kemampuan tengkurapnya bisa relatif lebih lama, menurut hasil riset.

Meskipun banyak manfaatnya, tummy time belum dilakukan oleh semua orangtua. Mungkin, karena mereka belum tahu.

Meletakkan bayi pada posisi tengkurap atau tummy time, melansir situs zwitsal.co.id, penting untuk membantu perkembangan bayi. Bayi akan terbantu dalam melatih kekuatan otot-ototnya, khususnya bagian yang berperanan dalam perkembangan lanjutan yaitu tengkurap sendiri, duduk, dan merangkak.

Tummy time merangsang dan melatih bayi untuk mengontrol gerakan leher dan kepalanya dengan lebih baik. Jika bayi selalu telentang, kata dokter anak pada Children's Hospital of Philadelphia Care Network, Wendy Wallace, kepalanya bisa mengalami plagi0cephaly (kepala gepeng).

Dengan tengkurap, melansir situs webmd.com, bayi akan terstimulasi untuk menggerakkan kepala. Bayi akan melihat ke sekelilingnya, ke atas, ke kiri, ke kanan, untuk melihat orang dan benda. Ini melatih bayi untuk mengangkat lehernya, memutar kepala sembari menjaganya tetap tegak.

Leher, bahu, dan badan menjadi lebih kuat. Otot-otot ini berguna untuk belajar duduk, berguling, dan merangkak. Otot mata juga semakin kuat karena gerakan-gerakan tadi. Posisi kepala menjadi lebih mantap dan kuat untuk mendukung menelan makanan ketika bayi berusia enam bulan.

Pertanyaannya, kapan sebaiknya tummy time dimulai? Mengapa ada yang menerapkannya begitu bayi baru lahir. Jawabannya, seawal mungkin.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membenarkan, tummy time bisa dilakukan sedini mungkin. Tahap awal dilakukan pada bayi berusia 0-4 bulan, dengan hati-hati. Meskipun begitu, ada yang menyarankan, sebaiknya tummy time dilakukan setelah tali pusar bayi puput.

Tummy time harus dilakukan pada timing yang tepat. Ayah ibu harus mengetahui kapan waktu terbaik bagi bayi mereka untuk menjalani tummy time.

Sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter anak guna menghindari terjadinya kesalahan dalam melakukan kegiatan itu pada bayi. Sehingga, latihan yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar dan baik, serta memberikan manfaat yang optimal.

Situs webmd.com menganjurkan agar tummy time dilakukan secara sederhana. Alas tidur dilapisi selimut atau kain bersih, kemudian bayi ditengkurapkan. Permukaan di mana bayi tengkurap harus datar.

Orangtua harus memastikan tidak ada benda yang tertindih oleh bayi, seperti mainan, bantal, atau selimut, sebab itu dapat menganggu pernapasan bayi.

Bisa juga bayi diposisikan tengkurap dengan meletakkannya pada dada atau pangkuan ibu atau ayah selama beberapa menit. Penggunaan bantal dan sofa disarankan untuk dihindari, untuk mencegah bayi mati lemas karena permukaan yang empuk.

Untuk menjaga keamanan, bayi ditengkurapkan pada saat terjaga (tidak sedang tidur) dan selalu diawasi. Orangtua harus ada sepanjang waktu mendampingi bayi melalui tummy time.

Posisi tengkurap dilakukan dengan gerakan perlahan atau hati-hati. Pada awal, bayi mungkin hanya bisa bertahan sebentar. Hal itu dinilai biasa. Peningkatan durasi harus pelan-pelan.

Tummy time bisa dilakukan 2-3 kali sehari , masing-masing selama 3-5 menit, sebagaimana rekomendasi dari dokter anak pada Children's Medical Center di Dallas, Leann Kridelbaugh. Jika anak sudah lebih besar dan lebih kuat, tummy time bisa dilakukan dalam durasi lebih lama dan bisa diterapkan rutin sepanjang tahun pertama bayi.

Pada bayi berusia tiga bulan, latihan bisa dilakukan sekitar satu jam sehari. Ayah atau ibu bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk bermain bersama bayi sambil melatih gerakannya. Misalnya dengan membuat suara-suara dan menggerakkan mainan ke atas, untuk menstimulasi bayi agar melihat ke atas dan melatih otot-ototnya lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan, bayi yang rutin diberikan latihan tummy time, berkemampuan motorik lebih baik. Mereka dapat mengangkat kepala lebih cepat, dengan durasi yang lebih lama, daripada bayi-bayi yang tidak biasa atau tidak rutin melakukannya.

Jika dilakukan dengan tepat, tummy time bisa menjadi momen-momen yang menyenangkan buat bayi dan orangtua. Bayi tidak akan bosan melakukannya, pertumbuhan dan perkembangannya menjadi lebih baik, orangtua bisa menyisihkan waktu lebih banyak untuk bermain bersama bayi mereka. ***

Teaser:

Benarkah bayi baru lahir boleh ditengkurapkan? Berapa usia ideal untuk memulai 'tummy time'. Apa saja manfaatnya?

Thursday, 13 July 2023

Cucu Saya Lahir, Cucu Saya Masuk Sekolah

Hari-hari pertama Zinki dan Jona masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak A di HKBP Pasar Rebo, Jakarta Timur. (Sumber: Maria Sinaga boru Purba/Dokumentasi Pribadi)

Cucu Saya Lahir, Cucu Saya Masuk Sekolah 

Oleh: Erry Yulia Siahaan

Pengantar:  

Tulisan ini terdiri dari tiga paragraf. Pembaca boleh menganggapnya sebagai tulisan biasa yang terdiri dari tiga paragraf, bisa pula memasukkannya sebagai pentigraf (cerita pendek tiga paragraf).

Sabtu, pekan silam, lahir cucu pertama saya. Gabriel Atreya Pramadio de Ornay Purba, demikian nama lengkapnya. Biyel, nama panggilannya. Biyel lahir pada 8 Juli 2023 sekitar pukul 10.30 di Rumah Sakit Hermina, Bogor, Jawa Barat. Biyel bersepupu dengan 11 saudaranya, yang adalah cucu-cucu saya juga. Jadi, kalau mau ditotal, cucu saya saat ini sudah 12 orang. Enam laki-laki dan enam perempuan. Di antara mereka ada Zinki dan Jona, yang tahun ini sama-sama masuk sekolah untuk jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) A. Tempat tinggal Zinki dan Jona relatif berdekatan, sehingga sehari-hari mereka  bergaul akrab. Ke mana-mana hampir selalu bersama. Jalan-jalan, acara keluarga, sekolah Minggu, bermain, dan sebagainya. Usia mereka yang sebaya membuat mereka lebih mudah terhubung erat.

Senin merupakan hari pertama menginjakkan kaki di sekolah formal bagi Zinki dan Jona. Masa pengenalan lingkungan sekolah berlangsung lebih dari satu hari dan membawa keceriaan dalam diri mereka. Saya memang tidak berkesempatan menyaksikan langsung bagaimana Zinki dan Jona mengalami masa pengenalan di sekolah (karena saya menemani Biyel, baik sewaktu masih di rumah sakit maupun setelah pulang ke rumah). Namun, foto-foto dan video tentang aktivitas Zinki dan Jona tetap memungkinkan saya bisa memantau pengalaman dan keceriaan mereka. Ada momen di mana mereka berbaris sambil mendengarkan pengarahan ibu guru. Ada momen mereka bernyanyi dan berdoa bersama. Ada balon-balon aneka warna yang siap mengudara di sekitar mereka. Ayah-ibu dan saudara-saudara ada yang mendampingi mereka. Beberapa menjaga jarak. Yang lain, berdiri dekat-dekat, lantaran ada yang belum rela dilepas jika yang mengantar tidak terlihat.

Zinki dan Jona terlihat ceria pada hari-hari mereka bertemu dengan teman baru, guru baru, suasana baru, dan lingkungan baru di sekolah. Baik ketika mereka berada di halaman maupun di ruang kelas dan di sekitar sekolah. Masa pengenalan lingkungan sekolah merupakan lembaran penting untuk dikenang, masa-masa menyenangkan yang akan dibawa hingga dewasa. Melihat wajah ceria Zinki dan Jona, ada harapan bahwa keceriaan itu terjaga untuk seterusnya. Tidak hanya berhenti pada hari-hari pertama duduk di TK A. Ayah-ibu, keluarga, saudara-saudara, para sahabat, dan guru-guru semoga bisa menjadi pengawal keceriaan mereka, baik di rumah maupun di sekolah. Bahkan, di mana saja. Semoga masa-masa sekolah menjadi masa-masa menyenangkan bagi Zinki dan Jona, juga bagi cucu-cucu saya lainnya. Termasuk Biyel dan adik-adiknya nanti tentunya. Mendapati bahwa belajar atau berada di sekolah adalah menyenangkan, dapat memotivasi anak-anak untuk makin rajin belajar dan tidak malas ke sekolah. ***

Keterangan:

Setiap hari Kamis, Cakrawala Blogger Guru Nasional (Lagerunal) mengadakan tantangan menulis yang disebut Kamis Menulis (Kalis) dengan tema berganti-ganti. Pekan ini, tema Kalis adalah "Pengalaman MPLS 2023/2024". Dalam tulisan ini, saya mengangkat secuplik pengalaman cucu-cucu saya, yaitu Zinki dan Jona.

Logo Kamis Menulis Lagerunal. (Sumber: https://lagerunal.blogspot.com/)


3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...