Darah Tuhan Yesus yang tercurah di kayu salib telah memberikan penebusan bagi dosa-dosa manusia. Kebangkitan-Nya telah memerdekakan. Kemerdekaan itu bukan untuk diperjualbelikan, melainkan dipegang sampai akhir, sebagai bukti bahwa kita adalah orang-orang merdeka yang setia dan mensyukuri pengorbanan teramat mahal itu.
Demikian pesan Pdt. Ligar Simbolon STh. dalam ibadah Senin Paskah di HKBP Ressort Cibinong, Senin (10 April 2023) malam. Hadir pada kesempatan itu Pdt. Dr. T Hutahaean, Pdt. Monru Nainggolan, dan sintua (penatua gereja). Ibadah diisi oleh Paduan Suara (Padus) Gabungan Ama (Bapak-bapak), Padus Ina (Ibu-ibu) Gloria, Padus Ina Debora, Padus Ina Kamis, dan Padus Lanjut Usia.
Simbolon menggarisbawahi nas dari Kisah Para Rasul 3 ayat 24 sampai 26 yang berbunyi, "24 Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini. 25 Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. 26 Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."
Dekorasi Paskah (Foto: Riajuns/Dokumentasi pribadi) |
Menurut Simbolon, mengikut Tuhan Yesus bukanlah hal yang mudah. Darah Tuhan Yesus merupakan penebusan gratis atas dosa-dosa manusia. Kebangkitan Kristus yang merupakan inti dari pemaknaan Paskah telah membawa kemerdekaan.
Kemerdekaan membawa kebebasan, peninggian harkat dan martabat, menegaskan tujuan hidup, melunaskan semua hutang akibat dosa. Kita yang semula hanya seorang "hamba", yang dianggap "sampah", menjadi manusia baru yang berharga di mata Allah setelah kita mengenal Tuhan Yesus.
Namun, menjaga kemerdekaan itu bukanlah sesuatu yang mudah, karena tantangan atau permasalahan bisa muncul dari mana saja, dari siapa saja, bahkan dari orang-orang terdekat. Kawan bisa muncul sebagai lawan. Bahkan seorang isteri pun, seperti dalam kisah Ayub, bisa menentang atau mempertanyakan kesetiaan Ayub pada Allah (Ayub 2 ayat 9: 'Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"')
"Kita belajar dari sejarah, orang Israel sendirilah yang membunuh Tuhan Yesus. Yudas menjual nama Tuhan Yesus. Petrus menyangkal Tuhan Yesus. Murid-murid hadir pada penyaliban Tuhan Yesus. Ahli-ahli Taurat justru tampil sebagai pengkhianat," tegas Simbolon. Ini, katanya, merupakan bukti bahwa mengikut Tuhan Yesus bukanlah suatu hal yang mudah, sekalipun kita sudah ditebus-Nya secara cuma-cuma.
Simbolon mengingatkan, sebagai orang merdeka, jangan lagi kita mau dipasangkan "kuk" yang membatasi eksistensi diri kita sebagai orang-orang yang telah ditebus. "Sekali kita menyatakan 'yes' terikat dengan Tuhan Yesus, kita sudah menjadi satu roh dan satu jiwa dengan Kristus."
"Jangan mempermainkan anugerah ini. Tuhan tidak suka dipermainkan. Kita sudah ditebus, satu kali untuk selama-lamanya," tambah Simbolon.
Ibadah juga menyelaraskan pesan Paskah berdasarkan nas dari Ayub 19 ayat 25 sampai 27 yang mengatakan, "25 Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. 26 Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah, 27 yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu." ***
No comments:
Post a Comment