Si Abu
Oleh: Erry Yulia Siahaan
Sumber: pexels.com/ |
Matahari baru saja tenggelam. Siap menutup penghujung di akhir pekan. Seperti biasa kunyalakan lampu-lampu rumah. Dari ruang tengah, garasi, teras samping, sampai ke beranda depan. Tiba-tiba terdengar bunyi "duk". Lagi, "duk, duk". Telingaku menangkap arah datangnya suara. Ah, dari pintu beranda. Hati-hati kuintip dari tirai. Tidak ada tamu atau orang. Pintu belum kubuka. Maklum, masih trauma. Pernah beberapa kali ada orang asing masuk ke pekarangan, membuka pagar sendiri, dan urusan mereka tidak jelas. Setelah diinterogasi Satpam, baru ketahuan, alasan mereka terkesan dikarang-karang, tidak sejelas fisiknya yang kepergok sudah memasuki pekarangan rumah orang. Kembali bunyi, "duk". Kali ini kuberanikan diri membuka pintu. Oohh, ternyata seekor kucing. Berbulu kelabu. Cantik dan ramping. Berkalung lonceng. Pantas dari tadi ada juga suara "cring, cring" gemerincing di antara suara "duk" dan jatuhnya air hujan ke tanah.
Kucing siapa ini, pikirku. Dari bulunya yang halus, juga mata, hidung, dan telinganya yang bersih tampak hewan ini cukup terawat. "Meong," sapanya ketika melihat aku di depan pintu. Rupanya bunyi "duk" tadi berasal dari desakan tubuhnya ke arah pintu. Mungkin ia mencari kehangatan dengan mojok di daun pintu. Mencari posisi meringkuk yang membuatnya tak kedinginan. Hujan yang cukup panjang belum juga berakhir. Angin lumayan kencang, bersiuran menerjang masuk rumah melewati kisi-kisi ventilasi yang jumlahnya lumayan. Ventilasi di rumah kami memang terkonstruk sedemikian rupa untuk memunculkan kesejukan. Jendelanya banyak. Langit-langit dibuat tinggi. Kalau di dalam rumah saja sudah terasa dingin, bagaimana di luar, pikirku. Pantas binatang itu seperti kedinginan. Karena tak tega, kubiarkan si Meong masuk rumah. Kuberi alas yang nyaman.
Kuraih handphone. Kubaca chat yang menumpuk di whatsapp (WA) grup ibu-ibu se-RT. Biasanya, kami berbagi informasi penting melalui WA. Ternyata, Bu Yuni menanyakan apakah ada yang melihat Si Abu. Bu Yuni mengirimkan foto di WA. Loh, itu kan Si Meong. Kulihat, respon para tetangga sudah sederetan, bergantian mengatakan, "Maaf, tidak lihat". Bu Yuni berpesan untuk mendapatkan informasi segera bila ada yang melihat si Abu. Bu Yuni memang dikenal sebagai penyuka kucing. Langsung kuketik, "Si Abu ada di rumah saya." Begitulah, Bu Yuni langsung meluncur ke rumah. Di tengah terpaan air hujan, Bu Yuni turun dari mobil. Memakai payung. Si Meong sudah kugendong, siap kuserahterimakan. Si Abu tampak gembira bertemu lagi dengan Bu Yuni. Begitu sebaliknya, Bu Yuni seperti menemukan permata yang hilang. Muka riang. Nyata sekali di antara keduanya ada ikatan kasih sayang. "Terima kasih, Bu," kata Bu Yuni sebelum menghilang masuk kendaraan. "Meong," sayup-sayup masih kudengar si Abu mendesah senang. ***
#thepowerofkepepet
#pikir15menit
#nulis15menit
#kasihsayang
#Feb4 AISEIWritingChallenge
No comments:
Post a Comment