Thursday, 24 December 2020

 

Eksis di Tengah Badai

Oeh: Erry Yulia Siahaan

 


 

Sepuluh kontestan lomba fotografi terpilih masuk daftar nominasi.  Mereka semua harus melewati satu tahap lagi untuk menentukan satu pemenang. Dewan juri memanggil mereka  satu persatu. Kepada finalis ini, juri menyodorkan tiga gambar dan dalam 30 detik finalis diminta memilih satu gambar yang berbicara tentang “damai”.

Gambar-gambar itu adalah: Pertama, gambar pemandangan asri, dengan gunung hijau di kejauhan, danau yang tenang, langit yang biru, burung-burung indah warna-warni di sana-sini. Kedua, gambar sekelompok manusia yang sedang berperang, semua dengan kesibukan masing-masing, memegang dan menggunakan senjata mereka. Ketiga, pemandangan angin badai di suatu tempat, dengan langit gelap, hujan jelas terlihat, diwarnai kilat.

Sembilan kontestan memilih gambar pertama. Hanya satu yang memilih gambar ketiga. Saat pengumuman tiba. Kesembilan kontestan yang memilih gambar nomor satu, berkeyakinan sebagai pemenang. Mereka berpikir, seandainya ada lebih dari satu orang yang memilih jawaban yang sama, tentu bakal ada babak tambahan untuk menentukan pemenang.

Ternyata, yang menang adalah satu-satunya fotografer yang memilih gambar nomor tiga. Merekapun bertanya-tanya. Juri menangkap suasana, lalu meminta kesembilan finalis itu untuk melihat ketiga gambar lebih lama, khususnya gambar nomor tiga. Mereka pun akhirnya sependapat bahwa gambar ketigalah yang berbicara tentang damai. Mengapa? Di antara suasana badai, langit gelap, hujan, dan kilat, ternyata ada seekor burung kecil dengan sebuah sarangnya pada dahan sebuah pohon yang cukup rindang. Burung tersebut terlihat tenang, terlindung bagian-bagian lain dari pohon besar itu. Aman.

Mungkin anda sepemikiran dengan saya, bahwa damai itu bukan melulu soal terlepas seratus persen dari perang, konflik, keramaian, dan sejenisnya – suatu tempat yang rasanya hampir  tidak mungkin kita temukan dalam hidup di dunia ini. Sehingga lucu jika mendengar ada orang “lari” dari rutinitasnya dan pergi ke suatu tempat sunyi dengan alasan ingin mencari kedamaian.

Dalam banyak sumber, damai atau sering dibahasainggriskan sebagai peace acap didefinisikan sebagai suatu keadaan harmoni tanpa perseteruan atau konflik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  online, damai berarti  “tidak ada perang, tidak ada kerusuhan; aman”. Wiklipedia mengungkapkan, damai memiliki banyak arti. Dalam artian sederhana dan sempit, damai adalah ketiadaan perang.

Dalam kamus online Merriam Webster, peace antara lain diartikan sebagai a state of tranquility or quiet (keadaan tenang) seperti freedom from civil disturbance (bebas dari gangguan) dan a state of security or order within a community provided for by law or custom (rasa aman dalam masyarakat dengan adanya hukum). Menurut Cambridge Dictionary, peace adalah "freedom from war and violence, especially when people live and work  together happily without disagreements".

Itu hanya contoh definisi tentang damai atau peace yang mungkin saja kita temukan dalam pencarian kita.

Ada satu pengertian peace yang saya dapati dan senada dengan pemahaman saya, setidaknya mewakili apa yang hendak saya kemukakan melalui ilustrasi yang saya buat di atas: When you feel at peace with yourself, you are content to be the person you are, flaws and everything. Definisi ini saya dapati pada website vocabulary.com.

Awalnya, situs ini memang mengatakan demikian (senada dengan definisi sebelumnya): Peace is a stress-free state of security and calmness that comes when there’s no fighting or war, everything coexisting in perfect harmony and freedom. Tetapi, pada bagian lanjut tertulis bahwa di dunia ini nampaknya tidak ada cukup kedamaian. Kedamaian atau damai itu bisa besar dan kecil, dalam bingkai sebuah negara atau kerangka waktu, dan seterusnya dan berakhir dengan definisi di mana ada kata-kata “flaws and everything” tadi.

Kalau boleh saya artikan, “flaws” atau flaw adalah istilah untuk menggambarkan sesuatu yang buruk atau jelek atau kekurangan atau kesan negatif. Setidaknya ada 48 sinonim untuk kata yang satu ini, dan semuanya berkonotasi negatif. Misalnya, fault, defect, blemish, bug, imperfection, fissure, glitch, dan sebagainya. Penggunaannya dalam kalimat berbahasa Inggris juga untuk menggambarkan tentang sesuatu yang negatif atau tidak sempurna. Dalam Bahasa Indonesia, flaw berarti kekurangan.

Apakah setiap kita memiliki flaw? Ya. Tidak ada manusia yang sempurna. Itu sebabnya saya mengatakan, definisi ”When you feel at peace with yourself, you are content to be the person you are, flaws and everything” adalah yang paling cocok, setidaknya itu menurut saya. Artinya, ketika kita merasa damai, itu berarti kita "telah menemukan (menjadi dan menerima) 'diri kita' apa adanya, dengan kekurangan dan segala sesuatunya. Kita tidak gusar dengan dunia luar. Kita sadar, dalam diri kita ada sesuatu yang lebih besar, lebih tinggi dari mercusuar, lebih dalam dari dasar samudera: Damai.

Lantas, apa keterkaitannya dengan ilustrasi yang saya buat di atas?

Damai itu sebenarnya ada dalam diri kita masing-masing. Kalau tidak di permukaan, mungkin ada di titik terdalam nurani kita. Hati kita. Masalahnya, apakah kita mau meluangkan waktu sedikit lebih lama untuk menemukannya?

Pada kisah di atas, hanya satu yang langsung menemukan “gambar” yang tepat. Memang untuk bisa seperti itu, “mengenal damai sebagai sesuatu yang superfisial” akan sangat mudah bagi mereka yang sudah terbiasa atau terlatih melakukannya. Sosok demikian tidak mudah terbawa arus amukan emosi atau badai perasaan atau konflik keadaan. Dia akan berhitung dari satu sampai ratusan ribu sebelum bersedia mengorbankan dirinya untuk merespon negatif orang lain, misalnya untuk marah. Sulit?  Ya, tetapi bukan tidak mungkin.

Yang perlu kita lakukan adalah: Pertama, percaya bahwa kedamaian itu ada dalam diri kita masing-masing sebenarnya, tak masalah tempat kita itu sepi/aman atau ramai/berkonflik. Kedua, mulai berlatih menemukannya dan biasa menjadikannya sebagai tempat refleksi. Satu-dua kali mungkin gagal. Jangan frustasi. Bangkit. Damai tidak lari, ia tetap dalam diri kita, tinggal kita datangi. Ketiga, menampilkannya keluar sebagai model, sehingga orang lain tertular.

Mari menjadi orang-orang luar biasa, pecinta dan pemodel damai bagi sesama. ***

 


 

6 comments:

  1. Wiih mantaaap tulisannya, kerewwn bun..

    ReplyDelete
  2. Wiih mantaaap tulisannya, kereeen bun..

    ReplyDelete
  3. Salam damai untuk Anda dan keluarga.

    ReplyDelete
  4. Ulasan yg penuh ilmu. Keren. Damai selalu di hati.

    ReplyDelete
  5. ”When you feel at peace with yourself, you are content to be the person you are, flaws and everything” adalah yang paling cocok, setidaknya itu menurut saya. Artinya, ketika kita merasa damai, itu berarti kita "telah menemukan (menjadi dan menerima) 'diri kita' apa adanya, dengan kekurangan dan segala sesuatunya. Kita tidak gusar dengan dunia luar. Kita sadar, dalam diri kita ada sesuatu yang lebih besar, lebih tinggi dari mercusuar, lebih dalam dari dasar samudera: Damai.

    Saya comot kutipan tulisan Anda, sangat berkesan untuk saya!
    Terimakasih untuk tulisannya!!!

    ReplyDelete
  6. mantap.. Damai selalu ada dalam diri..

    ReplyDelete

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...