Saturday, 13 February 2021

 

Suaka Margakata

Indriya

Oleh: Erry Yulia Siahaan

 

Sumber: https://www.brilio.net/creator/

Kita mengenal ada lima indra pada manusia, yakni mata sebagai alat untuk melihat, hidung atau alat mencium bau, telinga sebagai alat untuk mendengar, kulit sebagai alat untuk meraba, dan lidah sebagai alat untuk mengecap rasa. Kelima indra ini diringkas sebagai pancaindra, dari kata panca budi indriya (dalam Bahasa Sanskerta).

Wikipedia mendefinisikan indra sebagai kapasitas fisiologis manusia untuk mengenali, merasakan, dan merespon stimulus secara fisik. Dari kata mengenali, merasakan, dan merespon stimuli, kita mengetahui bahwa ada proses pengolahan informasi yang terlibat di sini. Yanag berarti indra melibatkan proses kognitif dalam diri seseorang. Selain itu, manusia juga dianugerahi kemampuan mengenali proses internal seperti mengenali rasa lapar, haus, dan sakit, mengenali keseimbangan untuk berjalan, kemampuan spasial (berkaitan dengan ruang), dan sebagainya.

Tulisan ini mencoba menampilkan dan sedikit mengulas contoh kosakata pasif dan arkais yang berkaitan dengan indra, bersumber dari sejumlah situs online, termasuk sinonimkata.com dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Penggunaan kosakata pasif dan arkais dapat memberi warna untuk tulisan-tulisan kita. Juga, menghindari kejenuhan akibat pengulangan kata yang sama.

 

Sumber: https://hellosehat.com/

Mata

Mata bersinonim dengan ain dan netra. Keduanya mudah dikenali maknanya, tetapi cukup jarang ditemukan sebagai sinonim mata dalam tulisan bebas. Netra banyak ditemukan dalam konteks disabilitas sebagai frase tunanetra.

Kata-kata sifat (adjektiva) yang terkait mata antara lain terang, rabun, buram, pedih, bundar, berbinar, bercahaya, redup, dan lain-lain.

Terang bisa digantikan dengan bayan. Dalam tulisan bebas, bisa saja kita menggantinya dengan kata tajali (menjadi terlihat karena tersingkap atau terbuka) dan curai atau burai (yang berarti tersingkap atau terungkap, tidak tertutup lagi, menjadi jelas, atau terdedah). Sebaliknya, rabun berpadanan dengan kata lamur dan cadok, yang sama-sama berarti buram atau tidak jelas, tidak bisa melihat dengan jelas. Pedih bisa memakai padanan untuk rasa nyeri atau sakit secara umum, yakni rodan.

Keindahan mata acapkali digambarkan sebagai sesuatu yang berbinar, dari kata binar yang bersinonim dengan kirana atau pendar. Mirip artinya dengan bercahaya. Sebaliknya, redup berpadanan dengan kata gabak. Namun, Ketika ditambahkan awalan “me” menjadi “menggabak”, ia bisa berarti menjadi suram atau menjadi redup, atau bercucuran, berlinang. Misalnya pada kalimat “Dita terdiam mendengar kabar buruk itu. Dia pun menangis. Air matanya menggabak.” Ini berarti air mata Dita bercucuran atau berlinang.

Sumber: https://www.gambar.pro/2009/

Hidung

Hidung bisa dipadankan dengan kata “penghidu” yang berarti alat untuk menghidu atau membaui/mencium. Kata-kata terkait untuk indra ini antara lain bau tidak enak, wangi atau harum, dan lain-lain. Bau seperti terbakar sering disebut sangit, berpadanan dengan hangit, angit, atau hangus. Untuk bau tidak sedap lainnya bisa saja berupa bau amis, yang padanannya masih kosakata aktif,  yakni anyir. Bau tengik bisa dipadankan dengan kata pedar, meskipun pedar juga bisa dipakai sebagai tengik untuk indra perasa.

Sebaliknya, wangi atau harum bisa digantikam dengan kata raksi. Raksi bisa juga berarti  bau-bauan yang harum atau wewangian, yang jika diberikan awalan “me” menjadi “meraksi” akan bermakna “mengharumkan dengan sesuatu yang wangi”, bisa dengan bunga-bungaan, minyak wangi, dan sebagainya.

Sumber: https://www.haibunda.com/

Telinga

Untuk telinga, kosakata yang terlacak adalah kosakata aktif seperti kuping dan indra pendengar. Kondisi terkait untuk indra yang satu ini antara lain tuli, yang berpadanan dengan congek, budek, tekek, pekak, bengal, pengang. Congek dan budek masih sering muncul,  sedangkan tekek tergolong kosakata pasif. Pengang berarti bising. Pekak atau bengal berarti tuli sementara (misalnya karena terkena tamparan, minum pil kina, dan lain-lain).

Dalam tulisan bebas, kita bisa saja menggunakan kata “bengal” untuk menggambarkan seseorang yang keras kepala, tidak mau mendengarkan nasihat.

Sumber: https://www.kibrispdr.org/

Lidah

Lidah adalah indra pengecap atau pengenyam. Kata yang terkait antara lain pahit, manis, asam. asin, dan tawar. Pahit berpadanan dengan getir dan pedar. Getir merupakan kosakata aktif. Pedar merupakan kosakata pasif, bahkan arkais. Pedar berarti pula tengik. Dalam karya bebas, kita bisa menggunakan kata pedar hati sebagai kiasan untuk menggambarkan kesal hati, ataau kepedaran hati sebagai kekesalan hati.  Kata asam berpadanan dengan kata kecut atau masam. Dalam tulisan bebas, kita bisa menggunakan istilah kecut yang bersinonim dengan cuak untuk menggambarkan perasaan takut atau gentar terhadap sesuatu.

Rasa tawar bisa dipadankan dengan kata anyep, yang termasuk kosakata aktif. Atau, ddengan kata campah (kata arkais) yang berarti tidak sedap karena kurang bumbu, atau hambar. Katab”campah cabang” merupakan frasa arkais yang berarti tidak sedap sama sekali, atau sangat tawar, sangat hambar. Sinonim lain dari tawar adalah cemplang, yang berarti kurang berasa (kurang asin, kurang manis, dan sebagainya). Dalam tulisan bebas, kata ini bisa dipakai untuk menggambarkan sesuatu yang kurang menarik. Misalnya, “Sinden itu melantunkan lagu dalam Bahasa Indonesia. Buat saya, itu berasa cemplang, karena saya tidak biasa mendengarnya.”

Sumber: https://www.slideshare.net/

Kulit

Kata kulit berpadanan dengan indra peraba, jangat, selerang. Jangat berarti kulit paling luar, tetapi bisa juga sisik. Jangat bisa juga disebut selerang. Kata-kata terkait kulit antara lain sensitif, perih, gatal, lecet mulus, langsat, dan lain-lain. Sensitif berpadanan dengan peka, kosakata aktif, dan suseptibel, kosakata yang termasuk jarang muncul untuk tulisan popular dan lebih banyak muncul sebagai istilah teknis di bidang kesehatan. Halus berpadanan dengan lumat, subtil.

Gatal berpadanan dengan renyam. Lecet bisa digantikan dengan ledes, lelas. Parut atau bekas luka berpadanan dengan palau. ***




 

#Lomba Blog PGRI Bulan Februari 2021

#Hari ke-13, Sabtu 13 Februari 2021

No comments:

Post a Comment

3 Cara Membangun Ikatan Erat dengan Anak, Orangtua Mesti Tahu

Ikatan erat antara orangtua dan anak berpengaruh besar dalam optimalisasi kesejahteraan anak. Hubungan itu bisa dibangun lewat komunikasi ...